Beberapa rekan saya dalam Twitter atau Instagram mungkin bingung awalnya. Tiba-tiba saya jadi sering mengunggah tautan ke Kompasiana, meminta mereka membaca, serta berkomentar.
Salah satu "amunisi" wajib bagi mahasiswa semester lima dengan konsentrasi Media Massa & Digital adalah PND. PND merupakan singkatan dari Penulisan Naskah Digital. Senang atau terbebani harus menulis setiap minggu? Hmm, saya ceritain yuk!
Ekspektasi vs Realita: Ternyata Banyak Detail Lebih Penting
PND selalu mengawali weekdays saya. Mata kuliah ini saya ikuti pada hari Senin, tepat dimulai pukul 16.00 WIB atau sesi empat.
Saya menaruh ekspektasi bahwa mata kuliah ini akan mengajarkan banyak hal baru tentang penulisan naskah. Secara khusus mungkin secara digital, atau mungkin naskah daring. Ya sekarang semuanya daring, masa mau belajar menulis naskah koran?
Lebih jauh dari ekspektasi, ternyata selain mempelajari tips dan trik menulis secara daring, mata kuliah ini juga mengajarkan hal dasar lain yang saya tidak ketahui sebelumnya. Kenapa hal dasar justru jauh dari ekspektasi?
Hal dasar seperti memahami website, cara supaya tulisan daring bisa lebih dilirik audiens, dan sebagainya membuka pikiran saya. "Oh ternyata, banyak detail yang harus diperhatikan ya", gumam saya setelah beberapa minggu mengikuti kelas PND.
Tanpa semua detail itu, tulisan kita tetap akan "kosong". Bisa jadi tidak menarik topiknya, bisa menjadi susah ditemukan audiens, bisa terlalu panjang atau membosankan, dan bisa-bisa buruk lainnya.
Menulis Bukan Bakat, Menulis Itu Keahlian
Sebelumnya, saya merasa tidak berbakat menulis. Tulisan saya terasa membosankan, judulnya pun kurang "seksi". Jangankan menjadi "artikel pilihan", pembacanya saja tidak seberapa.
Beberapa tulisan saya memang belum menjadi artikel pilihan. Namun, prinsip dasar penulisan yang saya pelajari dalam PND tentu sangat membantu. Penulisan dengan paragraf singkat, memanfaatkan SEO, alur penulisan yang menarik, semua saya terapkan dalam penulisan mata kuliah ini dan yang lain melalui Kompasiana.