Artikel sebelumnya terkait mata kuliah Penulisan Naskah Digital yang saya tulisankan adalah digital writing yang penting diawali dengan digitally literated. Cukup kah? Sudah bisa mulai menulis? Sebentar, pelan-pelan. Sudah tahu hal-hal penting untuk menulis dalam digital? Biar tulisanmu nggak sekadar lewat di layar jutaan manusia di bumi.
Beradaptasi dengan Teknologi dan Turunannya
Hal pertama yang mendasar ya tentu kenal dulu dengan teknologinya. Dari paham teknologi kamu akan tahu turunan keluarga teknologi ini. Termasuk platform yang akan kamu gunakan untuk menulis dan membagikannya.
Mulai dari bagaimana cara mengaksesnya, cara menggunakan, fitur-fitur yang dimiliki, sampai pada pengetahuan dan pemahaman tentang "Siapa sih yang biasanya mengakses aplikasi ini?".
Emang penting? O jelas penting. Hal ini bisa membantu kamu memahami karakteristik audiens. Sehingga tulisan online-mu tepat sasaran ke targetnya. Betul?
Menulis luring tidak sama dengan menulis daring, terutama dalam bagaimana mengemasnya
Kenalan dengan Information Architecture
Saat ini, habit atau kebiasaan membaca berubah. Caleb Crain dalam artikelnya di The New Yorkers bahkan menyajikan judul Why We Don't Read, Revisited. Artikel itu bahkan sudah menjelaskan berdasarkan hasil penelitian.
Terasa nggak? Memang semua tersedia di internet, kita bisa mencari informasi seaneh apapun, tapi informasi itu jadi hal yang sekadar kamu tahu dan nanti bisa lupa, atau beneran paham? Cepat lupa kan? Terus kalo udah lupa? "Googling lagi aja kali, kenapa repot?"
Kita, terutama yang mengakses tulisan melalui handphone, akan melakukan scanning atau baca cepat pada tulisan. David Blakesley dan Jeffrey L. Hoogeveen dalam bukunya WRITING: A Manual for The Digital Age menyimpulkan bahwa orang akan "take it at a glance". Bacaan akan benar-benar dikonsumsi dalam waktu yang singkat. Maka, secepat itu pula orang harus mendapatkan informasi maupun pemahaman dari apa yang kita tulis. Disinilah penting untuk mengenal information architecture.
Konsepnya memang seperti arsitektur. Kalau ingin membuat sebuah bangunan, arsitek harus memperhatikan banyak sisi. Mulai dari keunikan desain, ukuran-ukuran detil, fungsi bangunan, dan banyak hal lainnya. Maka hal yang sama harus dilakukan oleh penulis digital. Dengan konteks, bangunan adalah pesan atau informasi yang ingin disajikan.