Lihat ke Halaman Asli

Kisruh PSSI: Tangkap dan Bubarkan Pengelola ISL

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Ketika sebuah kekuatan yang saling bertentangan sudah sama-sama kuat, apa yang harus dilakukan untuk mencapai kestabilan, bubarkan atau hancurkan salah satunya.

Ketika kisruh di PSSI sudah semakin tidak bisa diuraikan, saya heran dengan himbauan menpora Andi malaranggeng yang menyerukan kedua kubu untuk duduk bersama dan mendahulukan kepentingan bangsa.

Bagaimana tidak heran, itu adalah sebuah seruan tanpa makna, sebuah seruan yang normative. Padahal dia adalah menpora, menteri olah raga dari Negara Indonesia, tempat dimana organisasi olahraga bernama PSSI berinduk.

Seharusnya pemerintah [ dalam hal ini menpora ] bertindak tegas dengan membubarkan ISL, dan melarang mereka melakukan pertandingan atau aktivitas yang berhubungan dengan sepak bola, tapi bila mereka menganggap bahwa PSSI yang sekarang adalah yang benar.

Bila Menpora menganggap PSSI yang sekarang tidak benar, maka dia harus mengganti PSSI, dan membubarkan IPL. Lho kok ?

Prinsipnya adalah mana liga yang diakui resmi oleh rezim yang bertahta di PSSI [ Dimana pengurus PSSI itu diakui oleh FIFA ] itu yang harus didukung, dan lainnya adalah illegal dan harus dibubarkan.

Kan pemerintah tidak boleh terlibat kedalam PSSI menurut statute FIFA ? siapa bilang, pemerintah berhak melarang kegiatan apapun selama masih di Negara RI, apalagi Cuma ISL.Bila FIFA bisa mengatur sejauh itu, gila benar…dia lebih hebat dari PBB, karena bisa intervensi ke Negara berdaulat.

Kenapa tidak didamaikan saja ? Perdamaian hanya akan bisa bertahan bila ada satu kekuatan dominan. BIla kedua pihak sama-sama kuat, yang terjadi hanyalah kompromi. Masing-masing akan mengajukan tawaran untuk mengutungkan pihaknya, dengan memberi konsesi ke pihak lain.

Situasi ini akan makin membingungkan, arah angin bisa berubah setiap saat tergantung situasi. Bisa jadi minggu ini diputuskan ke Timur, dan minggu depan ganti keputusan ke Barat.

Mau ISL atau IPL, muaranya adalah uang. Jadi bila mereka tidak bisa beraktivitas dan mendapatkan uang, maka satu demi satu para actor [ pemilik klub, pemain, agen, dll ] akan melihat adanya garis yang jelas. Mau uang ya harus pindah ke IPL, atau kalau mau selesai bergelut dengan sepak bola ya silahkan [ karena ISL tidak diijinkan beraktivitas ]

Tentu saja bila kondisi ekstrim ini terjadi dan dengan idealisnya [ dan saya tidak yakin sepak bola saat ini digerakkan dengan idealism] mereka menjauh dari sepak bola, maka kondisi persepak bolaan kita akan meluncur ke titik nol.

It’s OK, saat kita tahu kita di titik nol, kita tahu, kemana kita harus melangkah menuju titik 100. Toh sekarang juga kita udah di titik nol dengan kalahnya Timnas 10-0, jadi apalagi yang harus kita takutkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline