Lihat ke Halaman Asli

Nenanti Binasa

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sejenak kuterpaku menatap hamparan yang menguning, tenang mendayu

Jernihnya air tenang mengalir sebening mata hati

Matahari yang telah condong kebarat menuju peraduannya, sinarnya menyalakan nyala kesejukan

Anginnya semilir berhembus menerpa kulit terasa sejuk hingga di hati

Ditingkahi tupai yang berlompatan di antara dahan, menambah riang gejolak batin

Riuh kicau burung diantara hijunya dedaunan yang terayun diterpa semilir angin, menjadikan damai dihati

Namun, ini akan sampai kapan ?

Sampai beton beton itu tumbuh angkuh menjulang

Sampai lambaian kabel kabel yang silang sengkarut menjuntai

Sampai sinarnya membakar tubuh

Hingga sampah sampah menyesaki ruang batin

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline