Lihat ke Halaman Asli

Damanhuri Ahmad

Bekerja dan beramal

Membaca Trah Kalampaian di Tanjung Pucuk Jambi

Diperbarui: 3 Oktober 2023   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buya Yahya, dua dari kiri adalah ulama Tanjung Pucuk Jambi dari trah Kalampaian. (foto dok pribadi)

Ya nabi, salam alaika, ya rasul salam alaika, ya habibi salam alaika, shalawatullah alaika.

Kalimat ini disebut dengan shalawat, mengandung doa untuk junjungan ummat, Nabi Muhammad Saw. Kalimat ini akrabnya di kalangan masyarakat Sunni.

Ya, masyarakat yang teguh dengan nilai-nilai ahlussunah waljamaah, dan lebih khusus lagi warga Syattariyah tentunya.

Di Masjid Al-Mukhlisin Tanjung Pucuk Jambi, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, Sabtu 30 September malam, untaian kalimat itu bergema.

Dinyanyikan secara bersama, lewat komando Mashendri Malin Sulaiman, ulama yang sengaja datang dari Padang, Sumatera Barat untuk mengisi kegiatan peringatan maulid nabi malam itu.

Dan kalimat shalawat itu sendiri sudah menjadi bacaan khas, terutama pada saat suasana maulid nabi. Jadi di masjid yang terletak di pinggir jalan lintas Sumatera lama ini, peringatan maulidnya lengkap.

Disebut lengkap, lantaran ada lantunan shalawat, menandakan kecintaan ummat dan masyarakat kepada pemimpin dunia akhirat, Nabi Muhammad Saw.

Kemudian diuraikan dalam bentuk ceramah pengajian oleh Buya Malin, begitu Mashendri Malin Sulaiman akrabnya di tengah masyarakat dan jemaahnya.

Buya Malin sendiri sudah mengetahui kalau di desa itu masih kuat paham Syattariyah masyarakatnya. 

Sebagian tokoh masyarakat di situ juga jadi jemaah Buya Malin, baik dalam pengajian maupun ketika hendak melakukan ibadah umrah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline