Lihat ke Halaman Asli

Damanhuri Ahmad

Bekerja dan beramal

1 Abad NU, Meneguhkan Tradisi Keulamaan dalam Membangun Peradaban

Diperbarui: 7 Februari 2023   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ziarah rutin tiap bulan Rajab keluarga besar Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pua. (foto dok pribadi)

Mempertahankan tradisi keagamaan, agar tidak punah disapu gelombang modernisasi, adalah cikal bakal yang mendorong lahirnya Nahdlatul Ulama (NU). 

Sekarang, NU sudah menuntaskan usia 1 Abad. Tentu dengan segala riak dan gelombang pasang, hantaman dan benturan dari dalam dan luar NU, mampu dilalui dengan baik. 

Malah, berbeda pendapat sudah dianggap tradisi dalam organisasi ini. Namun, muru'ah, jadi faktor utama dalam membangun NU. 

Kepemimpinan di jajaran ulama yang ditempatkan di Syuriyah, adalah bukti betapa fatwa ulama, kisah dan maunahnya masih menjadi energi kekuatan dalam organisasi. 

Hanya pertimbangan moral yang mampu menempatkan seorang ulama itu di jajaran Syuriyah di tingkat PBNU, PWNU dan PCNU. 

Tak ada perebutan kekuasaan di sini, selain dari pertimbangan keulamaan seseorang. 

Beda dengan Tanfidziah yang sering terjadi konflik. Karena Tanfidziah adalah pelaksana dari kebijakan Syuriyah. 

Para ulama mumpuni, alim di kajian berbagai hal, adalah tokoh yang bisa memimpin Syuriyah ini. 

Tokoh yang komitmen dengan tradisi, selalu didatangi jamaah dan santri. Dia tak banyak keluar, kecuali untuk kepentingan umat dan organisasi. 

Saking sakralnya kekuatan Syuriyah ini, pertama kali diberikan ke KH Hasyim Asy'ari. Dinobatkan sebagai Rais Akbar, bukan Rais A'am. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline