Lihat ke Halaman Asli

Damanhuri Ahmad

Bekerja dan beramal

Bukit Itu Hampir Rata dan Tidak Lagi Menakutkan

Diperbarui: 16 Juni 2022   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kawasan Bukik Apik yang kini sudah rata, tananya sebagian jadi batu bata. (foto dok damanhuri)

Bukik Apik itu hampir rata. Rimba yang dulunya, kini sudah tembus pandang, nyaris tak lagi terlihat bukik yang dipenuhi hutan lebat.

Tiap hari truk mengeluarkan tanah klai di pinggir jalan lingkar, tepatnya di perempatan Bukik Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman.

Dan sebagian tanah yang menggunung itu diolah jadi batu bata. Di seberang jalan, berjejer gudang pembakaran batu bata.

Adalah Harry Subrata Datuak Rangkayo Basa sejak setahun ini membuka usaha batu bata di situ.

Tungkunya besar, mampu membakar 50.000 bata sekali bakar. Dia berproduksi tergantung permintaan pasar. Artinya, pembeli bisa langsung ke tungku dia.

Rabu (16/6/2022), tunggu milik mantan Walinagari Lubuk Alung ini sedang tidak berproduksi. Seorang pekerjanya, tampak bersantai saja di warung kopi di depan tungkunya.

Batu bata buatan Datuak Rangkayo Basa ini cukup rancak. Ada tiga jenis tanah yang dipadukan jadi satu, dan dibentuk jadi batu bata.

Ada campuran tanah klai, sehingga daya tahan batu bata ini cukup lama, dan kuat untuk pembuatan gedung.

Anggota pekerjanya cukup cekatan membentuk bata, setelah tanah campuran itu dilanyau dengan mesin tentunya.

Seorang tenaga kerjanya yang perempuan misalnya, sanggup membentuk batu bata sebanyak 5.000 buah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline