Lihat ke Halaman Asli

Damanhuri Ahmad

Bekerja dan beramal

Cerita Beli Daging Beronggok dan Tanggung Jawab Seorang Mamak

Diperbarui: 4 Mei 2022   00:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembagian onggok daging yang sudah dikantongi di Surau Tembok, Sintuak. (foto dok amlinur)

Cerita beli daging beronggok, merupakan tradisi dan kebiasaan masyarakat di mudik atau di kampung saat menyongsong lebaran Idul Fitri.

Masyarakat secara bersama beli seekor kerbau, lalu dipotong secara bersama pula di lingkungan surau atau masjid, dagingnya dibagi secara beronggok.

Seonggok daging, beratnya sekilo lebih sedikit. Harga seonggok disepakati Rp140 ribu.

Seekor kerbau itu bisa mencapai 130 onggok, dan kadang lebih malah. Uang untuk pembeli kerbau itu dikumpulkan saat menjalani separoh bulan puasa.

Kegiatan ini hampir merata di setiap kampung di Padang Pariaman, Sumbar. Terutama di kampung-kampung yang masih belum terkontaminasi oleh arus perubahan zaman.

Menurut masyarakat, rasa rendang daging beronggok dengan daging yang dibeli di pasar, itu jauh bedanya.

"Daging beronggok ini lumayan enak, dan terasa sekali berkahnya. Mungkin karena disembelih di surau atau masjid," cerita masyarakat.

Namun, menyembelih di surau ini hanya sebagian kecil. Umumnya, dibuat suatu tempat penyembelihan secara bersama, seperti yang dilakukan di Nagari Ulakan.

Di Tembok, Nagari Sintuak sudah lama memotong kerbau Idul Fitri secara mandiri di suraunya.

Tidak secara bersama di Sintuak. Menyembelih pun beda dengan masyarakat umum secara bernagari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline