Lihat ke Halaman Asli

Damanhuri Ahmad

Bekerja dan beramal

Tadarus Tafsir Ajang Penentu Calon "Marapulai Kaji" di Madrasatul 'Ulum

Diperbarui: 16 April 2022   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tadarus tafsir bulan puasa di Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan. (foto dok damanhuri)

Menyimak agak "sesumun" dulu, ambil berkahnya. Demikian Buya H. Zainuddin Tuanku Bagindo Basa, Pengasuh Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pua memulai ikut tadarus tafsir di Lubuk Pandan, Jumat malam kemarin.

Tadarus tafsir sudah menjadi tradisi dan kebiasaan di pesantren yang didirikan 1940 M itu sejak dulunya, dalam mengisi bulan puasa.

Ya, tadarus sekalian upaya dalam merekrut calon "marapulai kaji" atau kelas tujuh di Ponpes Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan.

Kebetulan, Jumat malam itu ada agenda buka puasa bersama, yang diikuti sejumlah alumni senior.

Menurut informasi, tadarus tafsir tinggal beberapa malam lagi. Selesai, santri libur, dan selanjutnya ada yang pulang kampung, membawa kabar ke orangtuanya di kampung kalau santri bersangkutan terpilih jadi marapulai kaji.

Tadarus 30 juz tafsir itu memakan waktu separoh bulan puasa. Caranya, dibaca pertama oleh Buya Marulis Tuanku Mudo, selaku pengasuh pesantren, dan diulangi lagi oleh santri.

Membaca tafsir dengan sangat cepat, secepat-cepatnya. Bila lambat, atau tertegun lantaran tak tahu atau lupa maknanya, yang lain meneriakin sambil menyebut "Padang".

"Padang, Padang, " begitu bunyi teriak dari santri yang tidak membaca terhadap kawan yang membaca, supaya dipercepat.

Makna Tafsir Jalalein itu dibaca khusus dengan makna dan arti yang didapatkan secara turun-temurun.

Membaca makna tentu dengan kajian alat nahwu sharaf, sehingga bunyinya terdengar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline