Lihat ke Halaman Asli

Damanhuri Ahmad

Bekerja dan beramal

Sarung Adalah Lambang Kesantrian dan Keulamaan yang Kokoh

Diperbarui: 18 Maret 2022   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ulama muda yang kokoh dengan sarungnya ketika sedang acara kendurian. (foto dok besri tanjung)

Sarung dan peci erat kaitannya dengan Ramadan. Sebab, umum berlaku orang yang memenuhi masjid dan surau di bulan yang penuh berkah itu, selalu pakai sarung dan peci.

Apalagi seorang ulama, dalam kesehariannya tak pernah luput dari hiasan sarung dan peci.

Nuansanya beda, ketika ibadah shalat dilakukan pakai sarung dengan tidak pakai sarung.

Shalat akan terasa khusu' bila pakai sarung. Bagi masyarakat biasa, jelang shalat sarung dililitkan di leher, lalu saat shalat dipakai.

Sementara, di darek, bila malam tiba kaum laki-laki selalu pakai sarung. Suasana dan kondisi daerah yang dingin, membuat terasa enak, dan mengurangi rasa dingin.

Sarung adalah multi fungsi. Mampu menghadirkan nuansa indah dan mantap dalam beribadah.

Santri di pesantren menjadikan tradisi sarung sebagai kelazimannya dalam kesehariannya. 

Di balik sarung santri, tersimpan aqidah yang kuat, akhlak yang mulia, kedewasaan berfikir dan bertindak. 

Bila waktu shalat masuk, azan berkumandang dengan jelasnya, tampak para santri berjalan beriringan menuju anjungan tempat shalat berjamaah dilakukan setiap waktu.

Selempangan salameri, peci yang bagus membuat tampilan santri kian gagah dan kokoh dengan keulamaannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline