Hari Pers Nasional (HPN) yang diperingati setiap tanggal 9 Februari, adalah bagian dari nilai-nilai membumikan sejarah pers dalam ikut berjuang di negeri ini.
Tanggal itu juga sekalian peringatan hari lahir organisasi wartawan tertua, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Makanya, panitia HPN selalu dari organisasi ini. Momen HPN tentu juga bisa disebut sebagai apresiasi dari pihak lain ke dunia media massa, sekaligus kritikan.
Bagi penggiat media dan pemilik, dan juga wartawan di lapangan HPN adalah ajang silaturahmi akbar.
Dari seluruh Indonesia, para wartawan berkumpul di satu daerah tempat ajang itu dilakukan.
Dan bagi daerah yang jadi tuan rumah, HPN tentu momen yang amat berharga. Presiden selalu hadir pada puncak HPN.
HPN tahun ini di Kendari, Sulawesi Tenggara saya tak berkesempatan hadir. Sama dengan HPN tahun lalu di Jakarta, saya juga tak bisa hadir.
Faktor pandemi covid jadi alasan utama. Covid yang merubah semua lini kehidupan, termasuk pemerintah daerah sendiri yang memfasilitasi keikutsertaan wartawan daerah, juga mengalami kesulitan anggaran.
Sebelumnya, saya termasuk sering ikut dan hadir peringatan HPN tersebut. Mulai HPN 2009 di Jakarta. Ada rasa bangga dan senang, bisa bersua dengan tokoh pers hebat dan senior.
HPN di ibukota negara ini, saya masih ingat ketemu dengan tokoh pers, H. Rosihan Anwar. Wartawan hebat yang sepanjang hayatnya selalu menulis.