Malamang dan badikie, dua tradisi yang dikaitkan dengan peringatan hari besar Islam di Kabupaten Padang Pariaman setiap bulan maulid.
Tentunya tradisi sekaligus menjaga lisan dan tangan bagi masyarakat dalam memaknai peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, yang dimulai dari rumahnya hingga ke masjid tempat perayaan besar sekali dalam setahun itu.
Malamang atau membuat lamang, makanan dari beras pulut yang ditanak bersama dengan memakai buluh.
Dalam bahasa plesetan, lamang diartikan banyak orang di Piamang sebagai "labo mangaji". Lamang disajikan kepada tamu yang datang, dan juga buat orang siak yang bertanggang membaca kitab maulid dari malam hingga sore besoknya, yang ditutup dengan doa maulid.
Paling berbeda sehari perayaan maulid di masjid perkampungan dengan masjid yang ada di perkotaan. Badikie, adalah maulid dengan cara membaca Syarafal Anam, yang dinyanyikan dengan irama yang khas.
Seperti antara Masjid Raya Pungguang Kasiak dengan Masjid Raya Sintuak berbeda sehari. Di Pungguang Kasiak orang sudah makan Selasa (19/10/2021), sementara di Sintuak malamnya orang siak baru naik.
Perbedaan terjadi, tentu cara pandang dalam melakukan hisab dan hilal yang juga terjadi perbedaan. Itu jadi dinamika tersendiri di tengah masyarakat Piaman.
Malamang menimbulkan rasa kebersamaan, silaturahmi yang terbangun, dan sekaligus ajang diskusi di antara kaum perempuan kampung.
Ipar besan, andan pasumandan, serta handai tolan saling bersua dalam satu rumah gadang yang membuat lamang, karena malamnya ada peringatan maulid nabi di masjid.
Lamang lewat angkut banyak orang, tampak bertransformasi dari satu kampung ke kampung lain, yang kadang-kadang di kampung lain itu juga tengah dilangsungkan perayaan yang sama.