Lihat ke Halaman Asli

Orang Tua dan PR Anak

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saat ini sebagian besar sekolah selalu memberikan pekerjaan rumah atau PR kepada murid-muridnya, bahkan pelajar yang masih berstatus murid Taman Kanak-kanak/TK dan Taman Bermain pun tidak luput mendapat PR. Hal tersebut kadang membuat orang tua menjadi kesal karena kasian melihat anak-anak yang lelah setelah seharian belajar masih harus berkutat menyelesaikan tugas di rumah.

Sebenarnya PR diberikan dengan tujuan yang baik, yaitu agar murid dapat lebih memperdalam pengetahuan yang telah diajarkan di sekolah dan supaya mereka dapat belajar di rumah secara lebih terarah. Namun ternyata hal ini tidak banyak dipahami orang tua. Mereka menganggap PR sebagai beban karena selain harus mengawasi anak mengerjakan PR kadang orang tua pun mengambilalih mengerjakan tugas mereka. PR jadi terasa memberatkan. Kalau sudah begitu tujuan dan manfaat pemberian PR oleh guru jadi tidak tercapai.

Tulisan ini dibuat dengan tujuan mengingatkan orang tua sejauh apa peran kita dalam membantu anak menyelesaikan PR-nya. Dalam pengamatan sehari-hari saya sering melihat bagaimana orang tua sangat aktif dalam membantu anaknya menyelesaikan PR. Berbagai alasan mereka kemukakan, mulai dari kasian melihat anak yang lelah, anak yang belum memahami pelajarannya, PR yang terlalu sulit dsb.

Menurut saya sebagai orang tua peran kita hanya mengawasi dan memfasilitasi anak agar dapat mengerjakan semua PR nya sebaik yang mereka mampu kerjakan, bukan sebaik atau sempurna menurut kita. Jika mereka kesulitan mengerjakan tugasnya kita membantu mencarikan jalan untuk mempermudah mereka, misalnya mengajari mereka agar lebih memahami pelajarannya, memberitahu mereka dimana mereka bisa mempelajari lebih lanjut tentang hal yang menjadi tugas mereka atau jika anak kita masih balita dan PR nya berupa prakarya kita dapat mengajari mereka untuk percaya diri memegang alat-alat seperti gunting, lem dll. Sebagai orang tua  jangan mengambil alih tugas dengan mengerjakan PR anak.

Mengapa kita tidak disarankan untuk mengerjakan PR anak, karena PR dapat kita gunakan sebagai sarana mendidik karakter mereka, dan pendidikan karakter jauh lebih penting daripada sekedar mendapatkan nilai akademis yang tinggi.

Bagaimana hubungan PR dengan pendidikan karakter. Banyak sekali pendidikan karakter yang dapat kita ajarkan pada anak dari sebuah PR. Pertama dengan mengerjakan PR nya kita menanamkan nilai tanggung jawab pada anak, kemudian kita dapat mengajarkan nilai kerja keras jika mereka berusaha menyelesaikannya, juga nilai kejujuran karena PR nya tidak dikerjakan oleh orang tua, nilai kemandirian, menanamkan rasa percaya diri bahwa mereka mampu mengerjakan sebuah tugas dll. Sangat banyak pendidikan yang didapatkan seorang anak dari sebuah PR.

Oleh karena itu sebagai orang tua kita tidak usah ikut-ikutan merasa kesal dan sebal saat anak kita diberikan PR dari sekolah. Jika anak kita merasa kesal itu sangat  wajar. Mereka masih muda dan tidak/belum memahami manfaat PR. Mereka hanya merasa PR mengurangi jatah bermain mereka.

Tugas kita sebagai orang tua untuk membuka wawasan mereka tentang manfaat PR dan membuat mereka menyukainya. Jadikan saat membuat PR sebagai momen yang indah dan menyenangkan antara orang tua dengan anak. Kita dapat berdiskusi dengan mereka, bercanda sambil menyelipkan ajaran hidup untuk anak kita. Demikianlah tulisan ini dibuat, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline