Trash Free Day session 2 bersama Wegi. Berbeda dengan sebelumnya, pada event kali ini mendemonstrasikan busana dari plastik karya geraicantique.com
Seorang ibu muda dengan stroller bayi, entah kenapa, sama sekali tak mau menatap saat aku mendekatinya. Lebih tepatnya,"buang muka" kali ya. Seakan aku ini seram, jahat, menakutkan, atau ada sesuatu yang tidak beres dengan wajahku. Padahal aku belum berucap sepatahkata pun. Lamat kuperhatikan dari hijab dan bajunya saja sudah terlihat,"Oh, ini wanita dari kalangan menengah-atas. Lelaki tinggi putih dengan bayi imut di gendongan itu pasti suami dan anaknya", suaku di hati.
Tahukah kau apa reaksinya saat kalimat pertamaku terlontar? "Halo, selamat pagi, mbak..Kami dari Komunitas Wegi..", begitu aku coba menyapa dengan amat ramah. Kontan dia menarik baju suaminya, memberi isyarat untuk pergi meski wajah suaminya tampak penasaran dengan lukisan-lukisan yang terpajang. Tanpa sepatah kata pun, keduanya berlalu meninggalkanku, tentu bayinya serta merta dibawa. Dan, aku bengong.
Tak berapa lama,seorang ibu muda (juga), tampaknya dari kalangan berada (juga), menggandeng putra-putrinya sekira usia TK dan SD kelas 1, justru mendekatiku. Antusias sekali. Bertanya dari A-E tentang Wegi dan kegiatannya pagi itu. Bahkan ia bercerita sekolah anaknya yang punya Bank Sampah, juga sering mengajari atau memberi tugas muridnya untuk membuat kerajinan. "Saya pernah membantu anak saya ini bikin celengan dari bekas kaleng susu", katanya penuh semangat.
Coba tebak, apa yang terjadi kemudian? Tanpa diminta, ibu dan kedua anak itu merapat ke samping Kang Opik yang sedang mengajari cara membuat lukisan kaleng. Mereka duduk bersila diatas aspal tanpa alas. Spontan mengambil guntingan kaleng dan ikut melukis dengan peralatan yang kami sediakan. Sang ibu, sembari terus bertanya inidiapakan, habis itu ngapain.. juga mengawasi anaknya yang paling kecilmemainkan gunting dan cutter.
Dua potret interaksidi atas hanya sepotong cerita dari aksi #TrashFreeDay #GenerasiHijau bersama Komunitas We Green Industry (WEGI), Pemuda Pecinta Lingkungan Sukabumi (PPLS),dan Jagabumi Tangerang. Tepatnya aksi kedua, 24 April 2016. Memperingati Hari Bumi yang jatuh dua hari sebelumnya, sekaligus mengajak masyarakat Jakarta untuk memungut sampah yang berserakan di sekitar CFD Bundaran HI.
Sementara aksi perdana #TrashFreeDay digelar 2 bulan sebelum itu. Persis setelah Wisata Edukasi Green Industry di PT Semen Padang, 20 Maret 2016. Bayangkan lokasinya: sekira 5 langkah dari jembatan penyeberangan, depan hotel Pullman Jakarta. Monumen Selamat Datang menjulang tinggi di Bundaran HI, menjadi saksi kegiatan yang berlangsung selama pk. 7-10 pagi itu.
Aksi pemuda Sukabumi yang tergabung dalam PPLS mempraktekkan cara membuat lukisan dari kaleng bekas.
Eitz, jangan bayangkan aksi ini semacam orasi, dengan atribut kibaran bendera, segala tulisan di kertas karton dan spanduk, juga dipadati ribuan massa. Aksi Wegi jauh dari hingar bingar semacam itu, Sob. Jangankan menyiapkan ribuan massa,Pendekar Wegi saja hanya segelintir manusia yang punya visi misi sama. Boleh dibilang, kurang dari 10 orang.
Konsep aksinya pun sederhana: para Pendekar Wegi mengitari sepanjang jalan Thamrin-Sudirman untuk memungut sampah yang berserakan, memilah sampah yang masih bisa didaur ulang (botol dan kaleng minuman), lalu duduk bersama di bawah jembatan untuk membuat kerajinan tangan dari sampah-sampah itu. Bahasa kerennya, menyulap sampah menjadi berkah. Hasilnya? Lukisan kaleng yang terpajang itu kini laku hingga 600rb/lukisan. Satu lukisan hanya butuh satu kaleng bekas, lho!
Aksi pengut sampah mengawali rangkaian acara Trash Free Day