Yogyakarta-Berkuliah sambil bekerja bukanlah suatu hal yang mudah untuk dijalani. Sebagian orang banyak berpendapat bahwa berkuliah sambil bekerja bisa mengganggu waktu kuliah mereka, sehingga dapat mempengaruhi nilai IPK. Berbeda dengan Salwa, seorang mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang menjadi lulusan terbaik di Fakultas Pendidikan Bahasa. Salwa berhasil lulus dengan cepat di tengah kesibukannya menjadi seorang pengajar di sebuah lembaga. Karena kesungguhannya, ia berhasil meraih IPK 3,98.
Mahasiswa yang memiliki nama lengkap Fitria Salwa Labibah dan sangat akrab di sapa salwa memilih untuk kuliah sambil mengajar. Ia memutuskan untuk terjun ke dalam dunia mengajar dari saat masih menjadi mahasiswa baru. Salwa memulai karir megajarnya melalui sebuah lembaga yang bernama Ka Uqoy Private sejak tahun 2020. Lembaga ini merupakan lembaga tahsin Qur’an yang menerapkan metode fun learning dan berfokus pada bermain sensorik motorik. Salwa mengajar anak-anak balita berusia sekitar 2-6 tahun, yang pada usia tersebut anak-anak sedang memasuki fase golden age.
Setiap harinya Salwa harus datang untuk mengajar dari rumah satu kerumah lainnya. Karena pada lembaga ini kegiatan belajar mengajar tidak di lakukan di dalam kelas, sehingga Salwa harus datang kerumah mereka satu persatu. Pada lembaga ini Salwa mendapatkan amanah untuk mengajar 9 orang anak. Salwa mengajar di setiap weekday dengan kapasitas maksimal perharinya mengajar 3-4 orang anak. Tidak jarang Salwa juga harus mengajar anak-anak tersebut sampai jam 9 malam. Kuliah sambil mengajar bagi Salwa bukanlah sesuatu yang merugikan. Ia merasa dengan mengajar anak-anak tersebut membawa pengaruh besar dalam kehidupannya.
“Mengajar bukan sesuatu yang berat bagi saya. Justru dari mengajar skill komunikasi kita terlatih, skill mengajar kita terlatih, kapasitas tentang pendidikan kita terlatih, dan problematika tentang pendidikan kita pun terlatih. Karena menghadapi anak-anaknya secara langsung sehingga jadi tahu metode dan strategi mengajar yang baik itu bagaimana.” Jelas Salwa pada wawancara di Geblangan, Tamantirto, Bantul, Rabu (28/6).
Salwa selalu mengajar anak-anaknya dengan menggunakan media permainan yang dia buat sendiri dengan kertas warna-warni maupun media interaktif. Hal tersebut dilakukan oleh Salwa agar anak-anak tersebut dapat memperoleh kesan dalam pengalaman belajar tahsin Qur’an itu menjadi lebih menarik, tidak membosankan bagi anak-anak seusia balita. Dengan seperti itu menjadikan Salwa seorang pengajar yang kreatif dan inovatif. Salwa mengatakan bahwa mengajar fun learning utamanya bukan media, tetapi guru mengajar tanpa media akan menjadi kurang optimal. Karena media adalah salah satu daya tarik untuk anak-anak tersebut dalam semangat belajar. Fun learning yang salwa gunakan untuk mengajar merupakan media yang bersifat motorik dan sensorik. Tidak hanya bermain saja, akan tetapi melalui media tersebut dapat melatih skill anak-anak didiknya, baik itu melatih motorik halus dan motorik kasar.
Salwa menceritakan lika-likunya sebagai pengajar yang berstatus masih menjadi mahasiswa aktif di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kerap kali ia sempat merasa stres dan terombang-ambing. Karena harus memikirkan kuliah, mengajar, dan media yang akan digunakan olehnya untuk mengajar anak-anak. Berhubung mengajar merupakan hal yang sangat ia sukai maka Salwa tidak pernah merasa ingin mundur dan menyerah, sehingga ia tidak pernah merasa terbebani dengan pekerjaan tersebut untuk di lakukan jangka panjang. Salwa juga pernah mengalami mendapatkan nilai IPK yang tidak stabil di salah satu mata kuliah. Selama ini Salwa selalu berhasil mempertahankan IPKnya agar tetap stabil.
“Kerja menjadi seorang pengajar itu bagiku adalah lingkungan yang sehat untukku. Dimana aku merasa tidak tertekan dan terbebani untuk menjalankannya.” Ucap Salwa sebagai seorang mahasiswa dan pengajar di Ka Uqoy.
Salwa di wisuda pada Rabu (7/6) lalu dengan predikat sebagai mahasiswa terbaik Fakultas Pendidikan Bahasa. Cara Salwa membagi antara jam kuliah dan mengajarnya adalah dengan menggunakan waktu yang kosong untuk mengajar anak-anaknya dari rumah kerumah. Salwa mengatakan bahwa ia akan mendahulukan jadwal kuliahnya terlebih dahulu dari mengajar, contohnya jika ada kuliah pagi maka ia dapat menggunakan waktu siang dan sorenya untuk mengajar, jika ada kuliah siang maka ia sempatkan waktu di pagi harinya untuk mengajar, dan jika satu hari itu mulai dari pagi sampai sore ada perkuliahan maka ia akan menyempatkan waktu di malam harinya untuk mengajar. Selain itu Salwa juga membuat management timing yang selalu ia tulis sebelum tidur, seperti rencana apa yang harus ia lakukan esok harinya. Hal ini dilakukan Salwa agar semua waktunya dapat digunakan secara maksimal dan bermanfaat setiap hari. Karena malas dan membuang waktu itu adalah hal yang sangat tidak disukai oleh Salwa.
Salwa lahir dari keluarga yang sederhana. Ia merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, ia mempunyai 4 orang adik yang masih bersekolah. Hasil dari kerja keras Salwa mengajar tersebut walaupun belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, akan tetapi sudah bisa membantu sedikit demi sedikit keinginannya, tidak selalu harus minta ke orang tua. Salwa juga merasa senang karena ia bisa membayar biaya persemester kuliah dan kostnya dari uang yang ia peroleh melalui mengajar. Salwa juga mengatakan bahwa ia akan melanjutkan studi S2-nya di Yogya dengan tetap menjadi seorang pengajar di lembaga Ka Uqoy. Di dalam dirinya ia selalu menanamkan prinsip untuk selalu menjadi orang baik, dan melakukan semua hal dengan ikhlas.