Lihat ke Halaman Asli

Nikah Yuk !

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Saya terima nikahnya xxxxx binti xxxxx dengan mas kawin seperangkat alat sholat, dibayar tunai”, demikian kalimat yang saya dengar dari si pengantin laki-laki, pada acara prosesi akad nikah, yang saya hadliri minggu lalu. Selanjutnya penceramah menyampaikan “ular-ular”, wejangan kepada pengantin seusai akad nikah dilaksanakan. Disampaikan bahwa masih-masing harus siap menerima satu dan yang lain, baik kekurangan maupun kelebihannya, kekurangan yang ada disempurnakan oleh pihak yang lain, dan seterusnya, dan seterusnya….

Wakil Tuhan.

Manusia, yang dinyatakan sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini (kholifatullah fil ardhi), dengan catatan jangan berjalan dimuka bumi dengan sombong dan congkak, jangan membuat kerusakan, kerusakan dimuka bumi, baik laut dan darat, karena olah manusia.

Manusia sudah di “nikah” kan dengan bumi, agar menerima apa adanya dan menjaga, memelihara serta memakmurkan bumi. Bumi telah dicipta entah berapa abad silam, yang sudah dipersiapkan segalanya agar species manusia bisa hidup didalamnya, dimulai dengan tanah, udara, air, tanaman dan hewan.

Tidak perlu banyak bicara, kita bicara dari diri kita sendiri, kita mulai dari keluarga kita, dan anak-anak kita dibiasakan untuk selalu tanggap dengan lingkungan alam sekitar. Polusi udara disekitar kita dijaga dengan tanaman, selain memperindah juga akan menjaga udara tetap segar, mencegah erosi dll.

Sampah.

Setiap hari manusia, siapapun juga, dari bayi, orang miskin sampai Presiden, menghasilkan sampah, sampah organik maupun non organik. Berapa ton jika semuanya dikumpulkan menjadi satu. Siapa pula penanggungjawabnya.

Sampah sudah menjadi masalah, regional maupun nasional. Maka perlu adanya penanganan dan pengelolaan yang serius, memang di satu sisi sampah dapat untuk meningkatkan pendapatan keluarga, jika ditangani dengan serius, terbukti banyak muncul pengepul-pengepul barang “rongsok” dan plastik bekas. Bahkan ada yang sudah mengelola sampah plastik untuk kerajinan. Tentunya perlu campur tangan pihak pemerintah untuk memacu kelompok-kelompok tersebut berkembang semakin besar dengan akses pasarnya.

Kembali seperti semula, jika masing-masing memulai dari diri sendiri untuk menyelesaikan masalah itu, maka akan terpecahkan, akan terurai. Sampah sudah banyak menjadi masalah, namun seperti biasanya, tidak ada yang mau disalahkan. Karena semua menganggap benar lantas apa yang harus dikerjakan, ini menjadi pekerjaan rumah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline