Lihat ke Halaman Asli

mohammad mustain

TERVERIFIKASI

Prabowo dan Isyarat Anomali Perilaku

Diperbarui: 30 Januari 2019   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Entah mengapa, penghinaan Prabowo Subianto kepada menteri keuangan dengan sebutan 'menteri pencetak utang' itu terus mengganggu pikiran saya selama beberapa hari terakhir. Ini bukan kali pertama Prabowo Subianto memperolok atau menghina orang lain. Sebuah anomali perilaku seorang capres yang seharusnya meyakinkan dan bersikap baik kepada masyarakat agar memilihnya di pemilu nanti.
Apakah ini isyarat yang sengaja dikirim Prabowo Subianto kepada masyarakat agar jangan sampai memilih dia di pemilu nanti? Apakah ini isyarat agar masyarakat memilih Jokowi saja karena Jokowi terbukti lebih baik dan lebih demokratis selama menjabat sebagai presiden? Apakah ini isyarat agar masyarakat mengabaikan suara dan pernyataan orang-orang di sekitar Prabowo dan parpol pendukungnya?
Banyak pertanyaan yang muncul akibat sikap Prabowo Subianto itu. Jelas, Prabowo bukan orang bodoh. Jelas Prabowo menyadari semua pernyataan dan tindakan yang dilakukannya akan berdampak pada proses pilpres yang dijalaninya. Jadi terlalu naif jika menilai jika Prabowo Subianto kini berubah jadi idiot. Tidak mungkin itu.
Saya mencoba mengesampingkan pertanyaan-pertanyaan itu. Alasan dan teori penggalangan dukungan politik model Donald Trump juga adanya konsultan politik bule yang diperlakukan lebih "istimewa" oleh Prabowo (saat berjalan bareng SBY beberapa waktu lalu) memang lebih logis untuk dicerna. Tetapi, tetap saja itu tidak bisa menjawab rasa penasaran saya.
Mengapa Prabowo Subianto suka merendahkan dan menghina orang? Padahal sebagai capres dia butuh dukungan dan coblosan di bilik nanti. Padahal sikap merendahkan dan menghina orang itu, jelas kontraproduktif dengan statusnya sebagai capres. Padahal Prabowo Subianto jelas bukan idiot. Tidak mungkinlah Prabowo Subianto idiot.
Alasan mengapa pernyataan-pernyataan dan tindakan Prabowo itu saya nilai sebagai isyarat agar masyarakat tidak mencoblos dia di bilik pemilu nanti, juga cukup logis. Misalnya soal penghinaan terhadap menkeu dan masyarakat tadi seperti episode "gaji dokter dan tukang parkir", "jadi ojek online", "muka Boyolali", "wartawan gak bisa belanja di mall". Masa sih, Prabowo Subianto tidak sadar kalau pernyataan itu menyakiti hati orang yang direndahkannya.

Calon presiden lho. Dia pasti tahu masyarakat Indonesia itu bermacam-macam model dan juga profesinya. Dia pasti tahu, sebagai pemimpin harus bersikap baik dan ngemong. Dia pasti tahu, sebagai pemimpin dia harus memberi semangat untuk Indonesia maju. Dia pasti tahu, sebagai pemimpin tidak boleh jadi teroris yang meneror dan menakut-nakuti masyarakat. Dia pasti tahu semua itu karena Prabowo Subianto itu bukanlah pemimpin yang idiot.

Oleh karena itu, ketika dia berlaku sebaliknya tentu itu bisa dikategorikan sebagai anomali perilaku capres yang tidak wajar. Mengapa dia berlaku seperti itu, tentu ada tujuannya. Dan, saya menangkap isyarat itu sebagai pesan yang jelas yaitu "jangan pilih dan coblos aku di bilik suara pada pemilu nanti".

Tentu saja, pemahaman saya atas pernyataan dan perilaku Prabowo Subianto itu menggunakan standar logika. Repotnya, standar logika ini bisa berbenturan dengan dengan standar separuh logika yang sering muncul dalam perdebatan di medsos dan para penyebar hoax. Kasarnya, hoax bisa menemukan konsumen yang pas di kalangan masyarakat yang menerapkan standar separuh logika.

Nah, di kalangan masyarakat yang separuh logika inilah isyarat dari Prabowo Subianto itu jelas sulit dicerna. Apa pun pernyataan Prabowo Subianto itu bisa jadi mereka serap dan terima apa adanya sebagai kebenaran. Ibarat orang mabuk cinta, "tai kucing rasa coklat" kata almarhum Gombloh. Tentu saja ini hanya seloroh kecil karena mana ada orang mau makan tai kucing meski sedang jatuh cinta sekalipun.

Dengan demikian, isyarat "anomali perilaku" perilaku dari Prabowo Subianto tadi memang ditujukan kepada kelompok masyarakat yang logis bukan separuh logika. Dalam masyarakat yang logis, ukuran penilaian atas sebuah permasalahan atau peristiwa itu jelas ditunjang oleh pengetahuan yang jelas, data yang jelas, pranata sosial,  hukum, dan perundangan yang jelas.

Tentu saja ini hanya sebuah pendapat. Anda boleh sepakat atau menolaknya. Tentang alasan Prabowo Subianto mengirim isyarat ini bisa bermacam pula, bergantung dari sudut mana kita melihat. Tentunya, jawaban yang paling sahih ya jika datang dari Prabowo Subianto sendiri.

(Ngomong-omong, saya kok jadi membayangkan "kawan imajinerku" si Dibjo van Houten pelukis yang suka ngemut coklat itu. Entah tiba-tiba saja dia terdampar di sebuah perahu yang dipinjami sama Doraemon van Yui mengapung di lautan Spongebob. Terpesona dengan pemandangan di sana, dia hendak mencurahkannya dalam sebuah sketsa. Tapi sial, meski ada sebuah kanvas, hanya ada ballpoint yang patah di tengah dan ujungnya terlempar ke laut serta menyisakan lelehan tinta.... Rupanya capit Tuan Crabb lebih dulu mematahkan ballpoint itu. He...he...he.)

Salam sejuk, indah, dan damai.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline