Lihat ke Halaman Asli

mohammad mustain

TERVERIFIKASI

Belajar Memahami Kultwit Anas Urbaningrum untuk SBY

Diperbarui: 9 Februari 2017   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto tribunnews.com

Anas Urbaningrum memberikan kultwit (kuliah lewat twitter) ke SBY bagaimana seharusnya menyikapi aksi demo mahasiswa di depan rumahnya di Kuningan, yang diberikan negara kepada presiden ke-6 itu. Kalau sebelumnya twit Anas tidak menyebut langsung nama SBY, kali ini nama SBY disebut secara langsung sehingga tidak ada yang bias dalam memahaminya.

Kultwit Anas ini menarik, bukan saja karena menyangkut SBY yang sekarang sedang jadi bahan pergunjingan karena pernyataan-pernyataannya. Tetapi, materi falsafah Jawa yang diangkat dan disodorkan Anas lewat cuitannya di twitter itu bisa jadi pelajaran bagi yang lain, yang ingin terjun ke dalam dunia kepemimpinan di masyarakat.   

Sebenarnya, bagi seorang Jawa, terlebih yang mendedikasikan hidupnya untuk melayani, mengasuh, dan memimpin masyarakatnya, falsafah Jawa yang dikutip Anas itu bukan hal baru. Saat bersekolah formal maupun bersekolah kehidupan di masyarakat, falsafah itu yang ditampilkan sebagai nasihat atau wejangan, sering terdengar dan diperdengarkan atau diajarkan.

Jadi, apa yang di-kultwit-kan oleh Anas itu bisa dinilai sebagai pengingat, pembuka hati, agar ajaran itu tidak dilupakan dalam mengarungi kehidupan, terlebih lagi bagi seorang pemimpin, baik presiden atau pejabat lain. Bagi yang bukan Jawa, kultwit Anas itu bisa jadi pelajaran tambahan tentang kearifan lokal yang dimiliki bangsa ini, yang jangan dihilangkan setelah kuliah di Kansas Amerika Serikat, misalnya.

Sebagai mantan ketua umum Partai Demokrat, doktor ilmu politik, mantan ketua umum PB HMI, dan wong Jowo, yang kini mendekam di penjara karena kasus proyek Hambalang yang mangkrak itu, Anas punya komptensi untuk mengajarkan  dan mengingatkan akan falsafah Jawa itu. Lepas dari motivasinya, ada pelajaran yang bisa diambil dari kultwitnya itu.

Inilah kultwit Anas Urbaningrum, Selasa 7/2/2017 kemarin, yang ditulis di atas kertas, dititipkan kepada sahabatnya yang lantas menuliskannya di akun Anas Urbaningrum@anasurbaningrum:

Ingat nasihat "ngono yo ngono ning ojo ngono" 

Begitu ya begitu, tapi jangan begitu. Bisa dimaknai orang harus bisa jaga sikap, tidak selalu menuruti hawa nafsu, berbicara dan mengeluarkan pernyataan harus dipikir dan direnungkan sehingga tidak selalu mengatakan sesuatu secara telanjang. Ada yang bisa diungkap ke publik ada yang harus disampaikan secara khusus, atau disimpan dulu di hati. Ini sikap khas kesadaran sebagai wong Jowo yang tidak "grusa-grusu sak karepe dewe". Ada tatanan yang harus dijalani.

Bung Ma'mun, @mamunmurod_sahabat saya, harap santai & senyum. Jika waktu itu kita diikuti alat2 negara, krn ada pihak yg panik.

Para sahabat, harap selalu diingat. Tidak ada kekuasaan yg abadi. "Jaman iku owah gingsir". Karma akan terus bekerja.

"Jaman iku owah gingsir" atau zaman itu selalu berubah. Bisa dimaknai zaman itu akan selalu berubah tak pernah tetap pada suatu keadaan. Ini selaras dengan falsafah "urip iku cokro manggilingan" atau hidup itu seperti putaran cakra, kadang di bawah kadang di atas. Kadang ada pada masa kejayaan, kadang pada masa kesusahan. Anas Urbaningrum tampaknya mengaitkannya dengan kekuasaan yang disandang seseorang tidak akan langgeng. Karma (balasan) atas apa yang diperbuat seorang penguasa akan terus 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline