Banyak cerita yang telah beredar di masyarakat mengenai perjuangan tenaga medis selama masa pandemi COVID-19. Mengutip situs Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, pasien positif per tanggal 15 Mei 2020 sudah berjumlah 16.496. Jumlah sebesar ini seakan tidak membuat masyarakat sadar untuk melakukan physical distancing atau mematuhi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan oleh pemerintah. Hal ini terbukti dari maraknya media yang memberitakan berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat selama PSBB. Padahal dengan mematuhi peraturan PSBB, masyarakat telah membantu tenaga medis yang kini sedang berjuang di garis terdepan dalam menangani pasien COVID-19.
Perawat merupakan tenaga medis yang lebih sering berinteraksi langsung dengan pasien dibandingkan dengan dokter. Oleh karena itu, tidak ada salahnya saya membuat artikel ini sebagai hadiah bagi perawat yang baru saja memperingati Hari Perawat Internasional pada tanggal 12 Mei 2020 kemarin. Terdapat beberapa tujuan penulisan artikel ini. Saya ingin agar masyarakat semakin mengetahui perjuangan tenaga medis, khususnya perawat, selama masa pandemi COVID-19. Saya ingin masyarakat menghargai dan menghormati perjuangan perawat. Saya harap artikel ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya physical distancing untuk membantu tenaga medis yang berjuang di garda terdepan.
Mengapa saya ingin meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya physical distancing? Hal ini karena perawat berjuang mempertaruhkan keselamatannya demi menyelamatkan nyawa orang lain. Memang setiap profesi memiliki risiko masing-masing. Akan tetapi, tidak ada salahnya kita mengetahui pengorbanan perawat di masa pandemi ini. Masyarakat kerap mendengar bahwa tenaga medis harus memakai alat pelindung diri (APD) selama 8—12 jam. Beberapa tenaga medis juga membagikan kisahnya yang mendapatkan luka di wajah akibat penggunaan APD yang ketat serta iritasi di kulit akibat penggunaan hand sanitizer terus menerus. Pada artikel ini, saya ingin mengajak pembaca untuk menelisik lebih jauh pengorbanan perawat selama masa pandemi COVID-19.
Artikel ini dibuat berdasarkan hasil wawancara personal antara penulis dengan seorang perawat di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta pada tanggal 14 Mei 2020. Menurut penuturannya, perawat tidak bisa ke toilet selama masih memakai APD. Hal ini karena APD hanya dapat digunakan satu kali, sementara harga APD cukup tinggi. Selain itu, penggunaan APD tidak bisa di sembarang tempat untuk mencegah penyebaran virus. Menurutnya, seluruh tenaga medis mendapatkan popok dewasa agar mereka dapat membuang air kecil saat sedang bertugas. Akan tetapi, sebagian tenaga medis menolak untuk menggunakan popok karena enggan dan tidak terbiasa.
Sumber juga menuturkan sebuah fakta yang menarik yang sepertinya belum pernah dibahas oleh media. Setiap tenaga medis di rumah sakit tersebut diwajibkan untuk menerima suntik vitamin C sebanyak dua kali dalam sehari. Vitamin C berkontribusi dalam menjaga daya tahan tubuh dengan cara mendukung berbagai fungsi selular, baik sistem kekebalan spesifik maupun sistem kekebalan nonspesifik. Vitamin C terakumulasi dalam sel fagosit, meningkatkan fagositosis, dan akhirnya membunuh mikroba (Carr & Maggini, 2017). Tentunya hal ini sangat penting bagi tenaga medis, terutama bagi perawat yang lebih sering berinteraksi langsung dengan penderita COVID-19 dan terancam terpapar virus.
Padahal, terdapat berbagai bahaya yang mengintai keselamatan perawat saat menjalankan tugasnya. Saya akan mulai membahas dampak dari menahan buang air kecil. Normalnya dalam waktu 24 jam, manusia melakukan buang air kecil sebanyak 6—8 kali sehari. Sedangkan jumlah urin normal yang dikeluarkan adalah 1.500 ml per hari (Sherwood, 2012). Menahan buang air kecil bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan (Chavoustie, 2018). Menahan buang air kecil dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit saat membuang air kecil. Otot-otot juga berpotensi tetap berkontraksi walaupun sudah mengeluarkan urin sehingga dapat menyebabkan kram panggul. Menahan urin juga dapat membuat bakteri berkembang biak dan menyebabkan risiko timbul infeksi saluran kemih meningkat. Selain itu, semakin sering menahan buang air kecil dapat menyebabkan kerusakan otot panggul dan meningkatkan risiko terkena penyakit batu ginjal.
Beralih ke bahaya selanjutnya. Vitamin C memang memiliki berbagai manfaat. Akan tetapi, penggunaan vitamin C yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan. Menurut sumber, tenaga medis yang menerima suntikan vitamin C dua kali sehari mulai merasakan dampaknya. Beberapa tenaga medis terkena penyakit prehipertensi. Setelah ditelusuri lebih jauh, sebuah penelitian dari Lippincott Williams & Wilkins membuktikan bahwa suntik vitamin C yang lebih dari 30 gram dapat memicu penyakit prehipertensi (Izzo & Black, 2003).
Setelah mengetahui berbagai bahaya yang mengintai perawat selama bertugas di masa pandemi COVID-19 ini, hendaknya kita berkenan untuk memberikan penghargaan dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada perawat yang kini sedang berjuang di garis terdepan, khususnya mereka yang kini sedang menangani pasien COVID-19. Mari kita membantu perawat dengan cara #DiRumahAja untuk memutus rantai penyebaran virus COVID-19 sehingga pandemi ini bisa cepat berakhir. Jika terpaksa melakukan aktivitas di luar rumah, jangan lupa untuk menggunakan masker, tetap menerapkan physical distancing, dan senantiasa menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer. Terakhir, jangan lupa untuk menyelipkan doa bagi tenaga medis, pasien yang kini berjuang melawan COVID-19, serta tenaga medis dan pasien COVID-19 yang telah meninggal dunia. Semoga dengan bekerja sama, kita bisa melalui pandemi COVID-19 dengan baik tanpa kehilangan nyawa lebih banyak lagi.
Referensi:
Carr, A. C., & Maggini, S. (2017). Vitamin C and Immune Function. Vitamin C in Health and Disease, 29--41. Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=smhoDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=benefit+from+vit+c&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiUzIvZqbXpAhUGcCsKHUSPC34Q6AEIMTAB#v=onepage&q=benefit from vit c&f=false
Chavoustie, C. T. (2018). Is It Safe to Hold Your Pee? Five Possible Complications.
Izzo, J. L., & Black, H. R. (2003). Hypertension Primer: The Essentials of High Blood Pressure: Basic Science, Population Science, and Clinical Management. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Sherwood, L. (2012). Fundamentals of Human Physiology (Fourth Edi). California: Cengage Learning.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H