Tanggal 22 April lalu adalah hari Bumi bagi masyarakat dunia. Ditengah gejolak pandemik Covid-19, seolah kita diingatkan lagi tentang kenyataan, kalau alam saat ini telah rusak sehingga alam mencoba menyembuhkan dirinya sendiri.
Dalam setiap peristiwa pasti memiliki hikmah, setidaknya itu orang-orang katakan dan percaya, termasuk saya juga. Saya pikir itu masuk akal. Covid-19 adalah salah satu dari virus yang awal dugaannya berasal dari alam saat diumumkan kali pertama di Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok.
Namun, belakangan merebak isu kalau wabah virus ini adalah ciptaan dan rekayasa yang dibuat oleh kaum intelektual. Yang pasti membuat kita berpikir, apakah degradasi moral kaum intelektual sudah begitu krisisnya?
Jika itu benar, maka itu adalah bukti telah menurunnya rasa kemanusiaan pada manusia itu sendiri. Jika kita sebagai manusia tak memiliki rasa kemanusiaan itu sendiri, lalu dari mana lagi kita akan mendapatkan rasa kemanusiaan itu? Monyet? Yang pasti bukan kan.
Hanya, saya tak mau membahas panjang lebar permasalahan dan konspirasi yang pasti tak berujung ini. Toh, saya juga tak punya kapabilitas dan kredibilitas untuk membuat tulisan yang sama sekali tak berkaitan dengan disiplin ilmu yang saya pelajari selama ini, kesejarahan. Biarkan saja mereka yang tahu yang bicara dan menulis tentang konspirasi panjang dan tanpa ujung ini.
Well, selain hari alam. Dua hari lalu kita juga telah merayakan hari paling penting bagi kaum wanita Indonesia. Yap, hari Kartini. Hari yang akan membuat wanita merasa kalau baju kebaya memang cocok dijadikan tata busana saat shoot manis foto profi dan status terkini pada laman sosial media masing-masing.
Saya pikir itu adalah wajar mengingat kalau puteri Jawa seperti Kartini memang tampil ayu meski itu tanpa makeup, foundation ataupun skincare yang sekarang harganya melambung setelah terkena dampak Corona.
Cukup bermodalkan dengan kebaya, kamera jahat smartphone dan senyum manis, jempol netizen langsung menggubris dan sanjungan pun mengiris. Hehe, ibaratnya tebar pesonalah siapa tahu pria gebetan tergugah melihat gambaran dari keayuan wanita-wanita Indonesia.
Nah, sekarang dunia juga memiliki hari yang tak kalah penting dari hari bumi dan Kartini. Hari yang tak dianggap tak terlalu penting. Hari itu adalah hari dimana kita bisa memulai untuk membuka jendela dunia. Maksudnya apa sih kurang paham?
Tunggu dong biar dijelaskan. Jadi, yang saya maksudkan itu adalah tentang hari ini, hari yang bertepatan dengan buku buku dunia.
Ada yang tahu hari buku jatuh hari ini nggak sih?
Beberapa orang sih tahu, beberapa orangnya lagi tidak. Yang paling parah ada juga loh orang yang nggak mau tahu. Emang ada ya? Jawabannya, iya lah.
Ngomongin buku, saya jadi teringat saat saya berumur kurang lebih delapan atau sembilan tahun lah. Agak sedikit lupa memang.