Lihat ke Halaman Asli

Dainsyah Dain

Chief Education Officer

Melahirkan Sekolah Model Baru

Diperbarui: 1 Juni 2020   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Screenshot dari myways.nextgenlearning.org

Saya sedang memimpin Sekolah Swadaya mendesain pengembangan kurikulum: penerapan pembelajaran berbasis teks dalam pengembangan kurikulum berbasis fenomena (Finlandia), dengan kerangka kerja Sekolah Studio C.R.E.A.T.E. (Inggris). 

Tujuannya adalah memenuhi kompetensi global dengan konten dan kearifan lokal. Jaman kuliah di kampus sains pertama di Indonesia, ada slogan keren Think Globally, Act Locally.

Ujung tombak penerapan konsep ini sudah tentu adalah tenaga pendidik.

Untuk mengikuti bimbingan penyusunan lesson plan, guru perlu menjawab beberapa masalah nasional berikut:

1. Menurut PISA, ranking pendidikan indonesia rendah, diwakili oleh kemampuan literasi, sains, dan matematika. Nilai kita setara negara-negara afrika padahal bakat yg ditunjukkan rerata IQ penduduk kita setinggi amerika. Menurut guru apa faktor kegagalan sekolah kita?

2. Psikotes siswa kelas 8 yg naik ke kelas 9, berjumlah 100 orang, terbagi dalam 3 kelompok terbagi rata, yaitu di atas rata-a sampai cerdas, rata-rata, dan di bawah rata-rata. Bagaimana guru menyusun rombel dan menyiapkan rencana pembelajaran?

3. Buatlah tinjauan singkat mengenai 3 kurikulum nasional di Indonesia yaitu KBK, KTSP, dan K2013. Lalu, susunlah gagasan inovasi kurikulum bagi masa depan Indonesia. Bagaimana pendapat guru tentang kurikulum sekolah studio di Inggris, kurikulum di Finlandia, dan myways competencies?

Prinsipnya ke-3 soal di atas punya satu tujuan yaitu mempersiapkan Kegiatan Belajar Mengajar yang seperti apa untuk membangkitkan daya belajar siswa kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline