Tenaga Nuklir: Sumber Energi yang Bersih namun Berisiko
Bagaimana energi nuklir bekerja, apa saja keuntungan dan kerugiannya, dan apa saja tantangan dalam mengelola limbahnya.
Energi nuklir, yang juga dikenal sebagai energi atom, adalah energi yang terdapat di dalam inti atom. Atom adalah unit materi terkecil yang mengandung sifat-sifat sebuah elemen, dan nukleus adalah inti pusatnya yang padat, yang disatukan dengan energi yang kuat. Berbagai jenis reaksi nuklir melepaskan energi yang ditangkap dalam reaktor nuklir, biasanya sebagai metode untuk menghasilkan listrik.
Menurut Asosiasi Nuklir Dunia, energi nuklir menyumbang sekitar 10,5 persen dari pembangkit listrik dunia pada tahun 2020 dan merupakan sumber terbesar kedua dari tenaga rendah karbon setelah tenaga air. Namun, pangsa energi nuklir dalam bauran listrik global telah menurun dari puncaknya sebesar 17,5 persen pada tahun 1996 karena berbagai faktor seperti reaktor yang sudah tua, harga bahan bakar fosil yang rendah, penolakan publik, dan masalah keamanan.
Sementara beberapa negara memiliki rencana untuk memperluas atau mempertahankan kapasitas tenaga nuklir mereka, negara lain telah memutuskan untuk menghentikan atau mengurangi ketergantungan mereka pada tenaga nuklir. Sebagai contoh, Cina bertujuan untuk meningkatkan kapasitas nuklirnya dari 51 GWe pada tahun 2020 menjadi 70 GWe pada tahun 2025, sementara Jerman berencana untuk menutup semua reaktor nuklirnya pada tahun 2022.
Indonesia merupakan salah satu negara yang telah menyatakan minatnya untuk mengembangkan tenaga nuklir untuk tujuan damai. Indonesia memiliki sejarah panjang dalam penelitian dan pengembangan nuklir sejak tahun 1954 dan memiliki tiga reaktor riset yang beroperasi di Serpong, Bandung, dan Yogyakarta. Indonesia juga memiliki Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional (BAPETEN) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang mengawasi sektor nuklir.
Kebijakan Energi Nasional (NEP) Indonesia tahun 2014 menetapkan target 4 GWe untuk kapasitas nuklir terpasang pada tahun 2050 sebagai bagian dari sumber energi baru dan terbarukan. Namun, target ini tidak termasuk dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) tahun 2017, yang lebih berfokus pada minyak, gas, dan energi terbarukan. Pembangkit listrik Indonesia saat ini didominasi oleh batu bara (62 persen) dan gas alam (18 persen), diikuti oleh tenaga air (7 persen), panas bumi (5 persen), bahan bakar nabati dan sampah (5 persen), minyak (3 persen), dan angin (0,2 persen).
Indonesia menghadapi beberapa tantangan dan peluang dalam mengembangkan tenaga nuklir. Di satu sisi, Indonesia memiliki permintaan listrik yang terus meningkat, terutama di daerah-daerah terpencil di mana akses jaringan listrik terbatas atau tidak dapat diandalkan. Tenaga nuklir dapat menyediakan sumber listrik yang stabil, rendah karbon, dan hemat biaya yang dapat mendukung pembangunan ekonomi dan tujuan iklim Indonesia.
Di sisi lain, Indonesia juga memiliki potensi yang melimpah untuk sumber energi terbarukan lainnya seperti tenaga surya, angin, air, dan panas bumi yang lebih murah dan lebih aman daripada tenaga nuklir. Selain itu, Indonesia juga harus berhadapan dengan penolakan masyarakat, risiko lingkungan, rintangan peraturan, dan ancaman keamanan yang dapat menghambat implementasi proyek-proyek tenaga nuklir.
Para pendukung energi nuklir berargumen bahwa energi nuklir merupakan alternatif yang bersih dan berkelanjutan untuk bahan bakar fosil yang dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan memerangi perubahan iklim. Mereka juga menunjukkan bahwa tenaga nuklir dapat diandalkan, efisien, dan berteknologi maju dibandingkan dengan sumber energi lainnya.