Lihat ke Halaman Asli

Dailymonthly

Just Another Blog

Sociopreneur atau Hanya Sebuah Kedok untuk Meraup Untung Pribadi?

Diperbarui: 29 November 2019   09:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sociopreneur | Credit : Adobe Sparkpost

Sociopreneur atau hanya sebuah kedok untuk meraup untung pribadi.

Awal tahun lalu saya mengikuti kontes ide bisnis ( sociopreneur) yang harus *orisinil (belum ada bisnis serupa sebelumnya) yang disponsori oleh merk ternama.  
Sociopreneur adalah usaha berbasis bisnis (barang/jasa) yang mana orientasinya bukan hanya profit tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat/ dapat membantu kesejahteraan komunitas tertentu (sosial impact).

Tetapi yang menarik dari kontes ini adalah setiap kontestan wajib mengikuti serangkain workshop di kotanya masing-masing dan narasumbernya adalah pelaku Sociopreneur. Hal semacam ini sangat bermanfaat dan saya sangat mengapresiasi hal itu, karena peserta kontes akan mendapatkan ilmu dan wawasan dari pelaku Sociopreneur. Dan  juri nya juga dari beberapa narasumber /pembicara Workshop tersebut.

Jujur saja sebagai manusia saya mengikutinya karena ingin mendapatkan Modal, "Anda juga berfikir demikian bukan ?" Akan tetapi saya juga ingin mendapatkan wawasan dari workshop tersebut.

Tanpa harus menunggu lama akhirnya saya mulai melihat list dari nama-nama narasumbernya / pembicara/ ( juri) dan dengan bantuan Google saya mulai mencari tau tentang mereka dan bisnis yang mereka jalani.  Dengan sangat hati-hati dan sangat teliti bak seorang detektif saya tidak ingin melewatkan informasi penting yang di sajikan oleh Google.

Jadi, dalam pencarian informasi tentang beberapa juri/narasumber workshop tersebut, ada beberapa dari mereka yang membuat saya percaya bahwa Sociopreneur dapat berdampak bagus untuk bisnis dan sosial, ada yang murni untuk sosial dan ada beberapa juga yang membuat saya bertanya-tanya. "Ini beneran socipreneur atau hanya kedok untuk kepentingan pribadi."

Seperti halnya kontes-kontes lainnya yaitu dengan mengajukan proposal ide bisnis, jika proposal sesuai dengan krireria akan masuk dalam babak selanjutnya yaitu mentorship yang mana peserta di bimbing dan dibantu untuk proses pembuatan contoh /prototype dari produknya dan jika terpilih / menang akan mendapatkan modal usaha.

Dan saya pun mengajukan proposal ide bisnis sociopreneur yang *orisinil (Walaupun tidak ada yang benar-benar orisinil) sesuai dengan S&K penyelenggara kontes.

Akan tetapi saya yakin. **"Saya tidak akan menang**,* "Aneh bukan ?".

Ini bukan karena saya pesimis atas ide bisnis yang saya ajukan tetapi karena di satu sisi saya berfikir logis yaitu jika seseorang memberikan modal usaha (secara cuma-cuma) /kredit usaha , tentunya atas dasar bisnis tersebut bisa mendapatkan pengembalian bukan? Jadi tidak perlu seorang yang ahli keuangan/ ,bahkan petugas kredit pun dapat dengan mudah menghitungnya.

Dan itu berbanding terbalik dengan ide saya tapi bukan berarti ide bisnis  saya tak mampu dapat pengembalian hanya saja ide bisnis  saya *orisinil ( belum pernah ada sebelumnya/ belum berjalan / hanya konsep ide) ,sesuai S&K penyelenggara kontes yang mana ini berarti ide bisnis saya terdapat faktor ketidakpastian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline