Cianjur Sudah 2 Pekan berkabung, dan masih membutuhkan uluran tangan kita. Dalam beberapa postingan, saya mendapatkan beberapa kiriman teman yang bernada minor.
Diantaranya menyatakan bahwa Cianjur diguncang gempa karena jadi destinasi maksiat kawin kontrak. Ada pula yang menstigma Gempa Cianjur itu Azab karena pertumbuhan LGBT di sana di tahun 2017 sudah 1.000 dan Cianjur mengirim duta Mis LGBT di Bali yang gagal diadakan, dan postingan sejenisnya yang bernada minor.
Kalau pun misalnya hal itu benar adanya, di tengah suasana duka para korban bencana rasanya tak patut kata-kata tersebut dipublikansi dan diviralkan. Ini akan menyakiti warga Cianjur yang masih hidup, karena pastinya tidak semua warga termasuk Cianjur adalah pelaku maksiat.
Masih banyak warga Cianjur yang taat menjalankan perintah agamanya. Hanya saja memang di era digital 4.0 yang buruk itu dalam berita media akan laris dan seksi untuk diberitakan, sedangkan hal baik malah tak diberitakan.
Jangan sampai ada diantara kita yang hanya menjadi pelaku Omong Doang/ OmDo atau Not Action Talking Only/ NATO. Sudah tidak membantu korban gempa Cianjur, malah melukai perasaan keluarga korban yang selamat.
Daripada membuat kegaduhan dan pastinya dosa, lebih baik jika tak mau membantu korban gempa Cianjur ya diam, dan jika ada yang memposting hal bernada minor tentang Cainjur, maka istighfar lalu bilang, yang tak mau bantu lebih baik diam dan tak memfitnah.
Demikian gagasan saya terkait makin viralnya postingan bernada minor di masyarakat tentang Cianjur. Jika kita diam dan tak ikut memviralkan, minimal tak membuat orang yang simoati dan mau bantu menjadi ragu dan membatalkan bantuan. Bagaimana dengan pendapat anda?. Semoga akal sehat terus bisa memfilter kita agar tak mudah kena provokasi di tengah masyarakat yang sedang berduka. Semoga segera pulih Cianjurku, I love you.