Guru Ikhlas itu Bernama Pak Ahmad
DOKPRI.
Siang ini saya berkesempatan silaturahmi dengan Kabid PAUD-TK Dinas Pendidikan Kota Serang bernama Haji Ahmad Yusuf. Usianya sekitar 50 tahunan asli orang NTB dan telah jadi orang Banten sejak lulus kuliah di usia 23 tahun. Bertempat di ruangannya di Jl. Ki Ajurum Cipocok Kota Serang, saya sangat bersyukur mendapat ilmu, inspirasi, dan pelajaran hidup yang berharga dari kisah beliau menjalani pekerjaannya sebagai guru ikhlas, meski ia kini menjadi pejabat di Dindik Pemkot Serang.
Ia bercerita bahwa ia memilih menjadi guru karena merasa terpanggil jiwanya untuk membentuk mental para muridnya menjadi orang baik pemimpin masa depan yang berguna bagi bangsa dan Negara. Kisahnya, pertama ia pernah mengajar di Tangerang, di sekolah swasta terkenal era orde baru. Karena jiwanya yang merdeka, maka ia tak terpenjara dengan ketakutan aturan lembaga. Ia bekerja profesional saja sebagai guru yang ikhlas mengajar dan melayani murid dengan kesungguhan dan kasih sayang tanpa pandang bulu, semua diberikan perhatian.
Di antara sekian muridnya yang ada, ada seorang Saipul biasa disapa Ipul yang dari tampilan seperti anak " maaf agak terbelakang" kadang Ipul tampak ketawa dan senyum sendiri. Hampir tak ada temannya yang mau berkawan akrab dengannya. Melihat Ipul demikian, Pak Ahmad guru Ikhlas merasa iba, ia berfikir bagaimana jika itu anaknya, pasti ia sangat sedih. Dengan senyum hangat dan sapaan yang ramah ia mengucapkan salam dan memeluk Ipul.
Merasa kaget ada pak guru yang demikian, ipul hanya diam dan memperhatikan wajah Pak Ahmad sambil mengatakan:
Ipul : "Bapak siapa namanya?.
Pa Ahmad : " Panggil saya Pak Ahmad Ya Pul" .
Ipul : " Terima kasih pak"
DOKPRI
Hari-hari berikutnya seperti biasa, saat datang tak banyak teman sekelas Ipul serta bapak dan ibu guru yang tak memperhatikan atau menyapa Ipul sehingga nyaris pak Ahmad saja yang menjadi kawan setia Ipul dari pagi hingga petang. Kadang pak Ahmad selain tanyakan kabar, ia ajak Ipul ke kantin mengajaknya nemani sarapan. Beberapa kali ditawari tak mau, menjawab sudah pak guru, di rumah selalu Bunda siapkan sarapan. Hanya satu kali ia mencoba ikut sarapan lontong sayur di kantin sekolah dan ia bilang ia ijin tak sarapan ke Bunda, ingin coba menu di kantin.