Lihat ke Halaman Asli

Tinjau Ulang Penerima KIP-Kuliah

Diperbarui: 30 Mei 2024   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

X SBMPTNFESS

Baru-baru ini bantuan pendidikan berupa KIP-K ramai dibicarakan di media sosial. Topik ini mendapatkan sorotan besar bagi sejumlah warga khususnya kaum mahasiswa pasalnya telah terjadi penyalahgunaan dan ketidak tepatan sasaran penerima KIP-K. Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) adalah program yang bertujuan memberikan dukungan finansial kepada mahasiswa dari latar belakang ekonomi terbatas namun memiliki potensi akademik dan prestasi. Program KIP-K muncul sebagai respons terhadap kesenjangan akses pendidikan tinggi di kalangan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan yang lebih besar bagi mereka yang kurang mampu secara finansial untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti perguruan tinggi. Dengan memberikan bantuan finansial, diharapkan lebih banyak individu dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu bisa mengakses pendidikan tinggi dan meningkatkan kesejahteraan mereka serta masyarakat secara keseluruhan.

Sudah tidak menjadi rahasia umum bahwasanya penerima KIP-K 'ada' yang salah sasaran, akan tetapi bukan hal tersebutlah yang menjadi fokus utama perbincangannya. Diketahui beberapa oknum penerima beasiswa KIP-K merupakan seseorang dengan kelas ekonomi atas. Oknum tersebut juga merupakan selebritas TikTok dan Instagram, yang mana menunjukkan kemewahan hidupnya di media sosial. Setelah ditelusuri ternyata mahasiswa tersebut adalah salah seorang penerima beasiswa KIP-K. Hal tersebut tentunya memicu amarah mahasiswa lain dengan ekonomi menengah yang belum berkesempatan mendapatkan beasiswa.

Permasalahan kedua adalah penerima KIP-K yang menggunakan teknologi keluaran Apple. Seperti yang telah diketahui bahwasanya produk-produk keluaran Apple adalah produk kategori kelas atas. Lantas bagaimana mahasiswa penerima KIP-K bisa membeli produk tersebut. Hal ini juga yang memicu perasaan iri dan marah netizen. Sebagian orang berpikir positif bahwasanya penerima KIP-K tersebut berkuliah sambil bekerja sampingan. Hal yang mendasari pemikiran tersebut adalah tidak mungkin masiswa hanya mengandalkan biaya hidup yang diperoleh dari bantuan KIP-K. Biaya hidup di kota besar yang tinggi dan kebutuhan penunjang kuliah yang tidak murah membuat sebagian mahasiswa penerima KIP-K memilih bekerja sampingan jika ada waktu luang. 

Akan tetapi, pemikiran tersebut disangkal oleh sebuah statement yang mengungkapkan bahwa salah satu syarat penerima KIP-K adalah 'tidak boleh bekerja'. Cara tersebut menjadi rancu apabila ditafsirkan dari berbagai sudut pandang. Satu pihak mengatakan bahwasanya maksud dari Syarat tersebut adalah mahasiswa penerima KIP-K tidak boleh bekerja sama sekali meskipun itu hanya bekerja part time. Pihak lain mengatakan bahwasanya mahasiswa penerima KIPK diperbolehkan bekerja sampingan dengan catatan tidak mempengaruhi indeks prestasi kumulatif (IPK), hal ini karena adanya tuntutan yaitu berupa nilai minimal bagi mahasiswa penerima KIP-K.

Dalam rangka mengatasi penyalahgunaan beasiswa KIP-K, perlu dilakukan peninjauan yang lebih teliti terhadap calon penerima beasiswa. Hal ini penting agar beasiswa tersebut benar-benar jatuh ke tangan yang tepat, yaitu kepada mereka yang membutuhkan secara finansial. Dengan demikian, program beasiswa Bidikmisi dapat berjalan dengan lebih efektif dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi mahasiswa yang memang membutuhkannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline