Lihat ke Halaman Asli

Pesona Sungai Mahakam

Diperbarui: 25 November 2015   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada pameo yang mengatakan bahwa sekali minum air Mahakam, maka pasti akan kembali lagi. Cerita ini saya mulai ketika saya duduk di bangku kelas V Sekolah Dasar Tahun 70"an di Kota kelahiran saya di Makassar Sulawesi Selatan, Ayah saya mengajak berangkat ke Kalimantan tepatnya di Kota Samarinda. Pada waktu itu saya dengan Ayah saya berangkat menggunakan Kapal Laut dengan Lapal Laut Angkatan Darat Republik Indonesia (ADRI).

Dengan perjalanan yang memakan waktu selama 2 (dua) hari Kapalpun bersandar di Pelabuhan Kota Samarinda setelah masuk dari muara Sungai Mahakam, dan kami menginap di salahsatu penginapan di Samarinda ( kalau tidak salah seingat saya penginapan di sekitar pelabuhan di daerah Pasar Pagi ). Kunjungan kami sebenarnya ingin bertemu Paman ( Adik Kandung Ayah Saya ) yang sudah lama menetap di Kalimantan tepatnya di daerah Muara Badak.

Pada saat menginap di Penginapan di Samarinda setiap jam makan baik siang maupun malam kami makan di Kapal yang sudah disiapkan oleh crew Kapal, maklum Ayah saya adalah seorang Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Angkatan Darat. Saat itulah setiap kami ke Kapal saya selalu menikmati Sungai Mahakam yang luas dan indah.

Selang beberapa hari kami mengunjungi Paman yang berdomisili di Muara Badak, saat itu akses menuju ke Muara Badak hanya dapat dilalui lewat jalur Sungai Mahakam dengan menggunakan Kapal bermesin Dompeng. Pada saat perjalanan kami singgah di satu daerah yang namanya Sungai Mariam untuk Makan Siang bersama penumpang lainnya, dan perjalanan memakan waktu seharian baru tiba di Muara Badak ( saat ini menjadi Kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara).

Sepanjang perjalanan mengarungi Sungai Mahakam pada era Tahun 70"an saya masih melihat lebatnya hutan yang dihiasi dengan satwa ( monyet ) yang hinggap dari satu pohon ke pohon yang lain sungguh waktu itu hutannya masih asli dan eksotis sekali.

Singkat cerita setelah pulang kembali dari Muara Badak menuju Samarinda dengan menggunakan transportasi perahu bermesin dompeng dan kembali ke Kapal untuk bertolak menuju ke Makassar. saya pun melanjutkan sekolah sampai ke jenjang Perguruan Tinggi.

["Sungai Mahakam Dengan Segala Aktifitasnya"][/caption]

Setelah selesai pendidikan di Makassar saya mencoba untuk melamar pekerjaan, namun hasilnya tidak pernah keterima, tiba-tiba saat itu ada tawaran untuk melamar ke Kota Samarinda eh tahu-tahunyanya malah keterima di salahsatu Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kota Samarinda pada saat itu sebagai pegawai honor Tahun 1987. dan alhamdulillah malah bisa diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan di Perusahaan Daerah.

Sampai saat ini saya mencari nafkah di Kota Samarinda begitu juga berkeluarga di Kota Samarinda yang merupakan Kota yang dibelah oleh Sungai Mahakam yang merupakan urat nadi perekonomian masyarakat Kalimantan Timur. Diawal saya ke Samarinda untuk bekerja Tahun 1987 di Sungai Mahakam saya masih bisa melihat Kayu Bulat yang dibuat seperti Rakit dan ditarik dengan kapal Tugboat, sekarang ini sudah terlihat lagi yang hilir mudik di Sungai Mahakam adalah Ponton-Ponton yang berisi Batu Bara.

Demikian sekelumit catatan saya mengenai Sungai Mahakam yang diawal tadi saya katakan bahwa sekali minum air Mahakam, maka pasti akan kembali lagi.

"Salahsatu Alat Transportasi Sungai Yang Menghubungkan Samarinda Kota dengan Samarinda Seberang"]

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline