Hari ini tepat pukul 13.00 WIB atau pukul 14.00 waktu Singapura, saya berkesempatan mengikuti webinar Asia Pacific Malaria Elimination Network (APMEN). Judul webinarnya cukup menarik karena menimbulkan rasa ingin tahu, "All about Bednets, from Cradle to Grave".
Saya penasaran dengan klausa from Cradle to Grave maka saya mencari tahu pada mesin google dan menemukan pengertian yang bermakna. From Cradle to Grave merupakan sebuah ilustrasi dari pertama hingga akhir kehidupan. Itu artinya, malaria tak terpisahkan dari kelambu.
Ada empat narasumber kompeten dari empat institusi berbeda tetapi saya hanya menuliskan pendapat saya dari satu narasumber pertama bernama Prof. Steven Rusell dari Nonwovens Innovation and Research Institute (NIRI). Webinar berlangsung selama 2 jam dan terlihat peserta sangat interaktif dengan bertanya pada kolom Q&A yang telah disediakan pada media zoom.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa bednets atau kelambu merupakan upaya preventif pengendalian vektor yang telah terbukti mengurangi angka kematian akibat Malaria.
Kelambu memiliki kontribusi sebesar 25% mengurangi angka kematian malaria selama 10 tahun terakhir. Setiap tahunnya, pengadaan kelambu diperlukan untuk mengurangi 700.000 kematian akibat malaria. Biaya pengadaan dan distribusi kelambu terbilang cukup tinggi. Maka, efikasi dan ketahanan fisik kelambu menjadi 2 hal yang patut mendapatkan perhatian dalam pengendalian malaria.
Salah satu hal terpenting yang dijelaskan adalah ketahanan fisik kelambu yang merupakan masalah yang dihadapi setiap tahunnya. Ketahanan fisik kelambu dipengaruhi dari spesifikasi pembuatan manufacturing pabrik tekstil. Faktor eksternal turut diperhitungkan seperti panas, gigitan tikus dan perilaku pengguna, misalnya: kelambu digunakan dalam posisi berdiri atau menjala ikan. Kerusakan kelambu terbesar akibat mekanikal sebesar 81% pada gambar di bawah ini.
Oleh sebab itu bahan tekstil yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kelambu haruslah bahan bermutu dan diuji di laboratorium supaya kualitas kelambu yang dihasilkan sesuai dengan tujuannya.
Ada empat metode pengujian tekstil di laboratorium berdasarkan standar ISO, setiap industri tekstil wajib menilai kualitas tekstilnya, seperti pada gambar di bawah ini.
Adanya korelasi antara nilai ambang batas pengujian pada laboratorium dengan pemakaian kelambu secara fisik dilapangan dengan nilai Resistance to damage (RD) sebesar > 50 menunjukkan bahwa jenis kelambu dapat bertahan lama selama 7 bulan ke depan. Nilai RD merupakan predictive value monitoring life span LLINs di Afrika.