Lihat ke Halaman Asli

Dahlia Abdullah

IRT, Agen HNI HPAI, Belajar Menjadi Penulis

Pengaruh Sekolah Online untuk Si Pendiam

Diperbarui: 22 April 2021   15:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tadi siang bertemu dengan salah seorang keponakan laki-laki yang duduk di kelas 3 SMP. Bagi saya, dia bukan seorang anak yang pendiam karena kami suka bercanda dan banyak mengobrol  kalau bertemu. Menurut ibunya, kalau di sekolah anak ini termasuk pendiam.

Selama masa pandemi, seperti anak-anak sekolah lainnya, dia bersekolah secara online di rumah. Ini sudah dijalaninya selama hampir satu setengah tahun. Kami pun jarang berjumpa karena rumah yang berjauhan dan adanya peraturan harus diam di rumah. Setiap bertemu dia tampak lebih "dewasa", dalam arti sikapnya jauh lebih tenang dibanding sebelum pandemi dan jarang bercakap-cakap, hanya menjawab setiap ditanya. Biasanya dia banyak berbicara dan bercanda. Saya berpikir pandemi menyebabkan dia menjadi lebih dewasa.

Siang tadi ketika kami bertemu tidak seperti biasa dia agak banyak berbicara. Ada satu ucapannya yang membuat saya terpana, yaitu: "Bingung mau ngomong apa karena sudah lama ngga bertemu orang banyak."

Dipikir-pikir benar juga perkataannya, selama pandemi dia hanya berada di rumah, bertemu hanya dengan orang tua, kakak dan neneknya. Sesekali saja bertemu dengan orang selain keluarga terdekatnya. Kegiatannya hanya seputar sekolah online, belajar untuk ujian, main game, olahraga di rumah dan jarang sekali keluar rumah. Sekolah online lebih banyak mengerjakan tugas dan hanya sesekali saja ada interaksi dua arah antara guru dan murid.

Saat sekolah online dimulai, dia duduk di kelas dua dan baru masuk awal semester kedua. Kemungkinan pertemanannya dengan teman sekelas belum terlalu akrab. Sehingga ketika saya tanya,"Memang tidak sering ngobrol dengan teman-teman lewat telepon?" Dia menggeleng dan hanya tersenyum. Komunikasi dengan teman sekelas hanya sesekali dan itu pun hanya seputar tugas sekolah. 

Dampak sekolah online ternyata menyebabkan kurangnya anak bersosialisasi dengan orang lain. Bagi sebagian anak yang banyak bergaul, hal ini mudah diatasi dengan banyak mengobrol lewat telepon dengan teman-temannya atau aktif melalui media sosial. Tetapi untuk sebagian anak yang  pendiam ini ternyata menimbulkan kesulitan tersendiri.

Apabila seseorang  kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya maka orang tersebut sulit untuk bisa mengenal dan menyatu dengan masyarakat lingkungan sekitar, bahkan sulit untuk menyesuaikan diri dengan nilai, norma, dan struktur sosial di dalam masyarakat. Kurang bersosialisasi dengan masyarakat bisa menyebabkan kepribadian sulit terbentuk serta potensi-potensi yang dimiliki seseorang tidak akan berkembang dengan baik sehingga tidak akan menjadi satu pribadi yang utuh dan anggota masyarakat yang baik.

Saat ini keponakan saya sedang menunggu pengumuman hasil ujian SMP dan akan segera melanjutkan ke jenjang SMA. Pembelajaran tatap muka kemungkinan akan dimulai pada bulan Juli 2021 ini atau awal semester baru. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri baginya karena akan bertemu dengan orang banyak setelah sekian lama. Bagi si pendiam, dia harus kembali belajar bersosialisasi. 

Semoga pandemi segera berakhir, dan anak-anak bisa kembali bersekolah melalui tatap muka. Sehingga mereka bisa kembali bergaul dan menikmati masa sekolah mereka dengan penuh percaya diri dan bahagia. 

(Ed. Nurhasanah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline