PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA PEKALONGAN MELALUI INDUSTRI BATIK DI ERA PANDEMI
Dunia kini dihebohkan dengan mewabahnya virus baru, jenis baru yaitu Coronavirus (SARSCoV2), yang dikenal sebagai penyakit coronavirus 2019 (COVID19). Asal usul virus ini diketahui berasal dari Wuhan, China (Yuliana, 2020). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menamai virus baru Sindrom Pernafasan Akut Parah Coronavirus 2 (SARSCoV2) dan Penyakit Coronavirus Penyakit 2019 (COVID19) (WHO, 2020).
Indonesia adalah salah satu negara yang merasakan kasus infeksi COVID 19 setelah adanya kasus yang melanda di sebagian besar negara di dunia. Hingga akhir Juni 2020, COVID 19 telah menginfeksi 204 negara/wilayah di seluruh dunia, menurut laporan resmi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), didukung oleh akun resmi Kementerian Kesehatan Indonesia. Setidaknya 13,4 juta kasus positif telah ditemukan dan 580.000 telah meninggal.
Namun apa jadinya bila Indonesia terus mengalami situasi seperti sekarang ini, tentunya akan berdampak pada masalah ekonomi, pendidikan, dan sosial. Namun munculnya angin segar dari aktivitas pemenuhan kebutuhan dasar sejak berlakunya undang-undang baru, bisa kita bayangkan. Dan bahkan lebih seperti itu. Aturan new normal yang menerapkan beberapa mitigasi berdampak positif bagi masyarakat kelas bawah, karena berpeluang meningkatkan pendapatan keluarga yang lemah. Masyarakat mulai dapat melakukan kegiatan yang dapat berkontribusi pada perekonomian keluarga melalui program pemberdayaan masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui, pemberdayaan masyarakat adalah kemandirian masyarakat melalui pemanfaatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, keterampilan, kesadaran, dan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan dukungan esensial untuk memenuhi kebutuhannya. Meningkatkan isu dan prioritas masyarakat.
Seperti yang kkita ketahui, kota Pekalongan sendiri merupakan salah satu kota penghasil batik terbesar di Indonesia, dan ekspornya masih merambah ke luar negeri. Dikenal sebagai Kota Batik, Pekalongan kini memiliki brand baru bernama "Kota Batik Dunia". Brand atau citra kota menunjukkan bahwa batik adalah produk unggulan dan pada dasarnya merupakan kebanggaan kota Pekalongan sebagai Situs Warisan Dunia. Batik Pekalongan memiliki pola yang unik, unik dan beragam. Perajin batik banyak didominasi oleh pengusaha industri kecil rumahan, bukan pengusaha besar. Seseorang yang menangani batik. Hampir seluruh pengusaha batik di kota ini dibangun di rumah warga dengan menggunakan peralatan tradisional dan diproduksi secara massal menggunakan mesin. Karena batik adalah bisnis genetik, batik Pekalongan adalah kehidupan masyarakat Pekalongan.
Di Kampung Batik Pesindon misalnya, wilayahnya merupakan salah satu pemukiman di Desa Bendan Kergon. Tepat di sebelah Jalan Hayam Wuruk dekat Pasar Anyar, sebuah desa dengan banyak rumah yang bisa dijadikan showroom seperti butik. Rumah-rumah ini dipenuhi dengan Penghasil batik khas yang sangat berkualitas. Batik Pekalongan ini memiliki pengerajin berkualitas yang didatangkan dari penduduk setempat, sehingga pengunjung dapat mengambil gambar dari pusat produksi. Pengunjung juga bisa melihat bagaimana batik dibuat. Dengan berkembangnya produksi batik di kota Pekalongan sendiri, dibutuhkan tenaga (SDM) yang terampil untuk mengontrol dan mengembangkan kualitas batik Pekalongan. Bakat yang berkualitas diperoleh melalui jenjang pendidikan, pelatihan, kursus dan dukungan personal dalam mengelola produksi batik Pekalongan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Pekalongan (2016), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Pekalongan mencapai 73,32 dari tahun 2010 hingga 2015, dilihat dari angka harapan hidup, rata-rata pendidikan dan taraf hidup. Indeks Pembangunan Manusia Kota Pekarongan tergolong baik, dengan persentase penduduk miskin tahun 2015 mencapai 8,09, menjelaskan garis kemiskinan 352.717 jiwa, dan jumlah penduduk miskin 24,06 (BPS) : 2016). Tingginya Indeks Pembangunan Manusia kota seharusnya mampu mengalokasikan talenta untuk pengembangan produksi batik Pekalongan.
Sebagian besar aktivitas masyarakat Kampung Batik Pesindong berkecimpung dalam dunia batik, baik dalam industri maupun pemasaran, dan merupakan sumber vitalitas ekonomi di wilayah tersebut. Industri Batik di Desa Wisata Batik Pesindon tergolong industri rumahan. Oleh karena itu, dalam hal ini kegiatan tersebut hanya berlangsung di sekitar rumah, dan keadaan pandemi sebenarnya tidak mempengaruhi kegiatan tersebut.
Oleh karena itu, perlu penguatan komunitas Kampung Batik Pesindon untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Pekalongan. Pentingnya pemberdayaan masyarakat harus disadari oleh para pemangku kepentingan dalam rangka merekrut talenta untuk meningkatkan pengelolaan produksi batik di kota Pekalongan. Tentu saja, dukungan dan keterlibatan pemerintah juga dapat berdampak signifikan pada situasi ini. Dalam hal ini, dengan dukungan Program Pemerintah Kota Pekalongan oleh BLK akan selalu membantu memberikan dukungan yang komprehensif bagi pemberdayaan masyarakat khususnya di wilayah Kota Pekalongan.
Pengrajin Batik telah berkembang di masyarakat sebagai detak jantung kehidupan masyarakat sehari-hari. Budaya yang telah lama mengakar dalam kehidupan masyarakat ini, tidak hanya menjadi cagar budaya, tetapi juga menjadi penopang perekonomian Pekalongan. Pelatihan membatik di Kampung Batik Pesindon ini mengajarkan cara membuat batik yang benar dan berkualitas. Teknik yang diajarkan disini adalah teknik membatik dengan cara menulis atau mencicipi. Kegiatan pelatihan membatik dilakukan di bawah koordinasi antar pekerja.
Proses mencari tenaga kerja adalah bersosialisasi dengan bertemu ibu-ibu yang berminat mengikuti pelatihan proses membatik, mengingat keuletannya, kemauannya untuk maju, dan kecintaannya pada Batik. Pelaksanaan pemberdayaan perempuan di Kampung Batik Pesindon dimulai dengan sketsa, pewarnaan batik dan finishing.