Lihat ke Halaman Asli

Dafin Delian

Penulis Lepas

Tanah Yomi: Gelap dan Mengerikannya Kematian bagi Mereka yang Sudah Meninggal

Diperbarui: 4 September 2021   16:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Yomotsu Hirasaka, tempat yang menutupi tanah Yomi. Sumber: kansai-odyssey.com

Kematian tampaknya menjadi salah satu hal yang sering menarik perhatian bagi beberapa orang. Pertanyaan seperti, kemanakah kita akan pergi atau apakah yang ada di alam setelah kita meninggalkan dunia ini, banyak dilontarkan oleh mereka yang penasaran akan kehidupan setelah kematian.

Maka dari itu, tidak heran banyak disiplin ilmu yang berusaha menjawab hal tersebut atau kepercayaan dan agama yang juga turut menjawabnya. Seperti salah satunya adalah shinto (神道 = Jalan Dewa) yang merupakan kepercayaan asli orang Jepang. Alam setelah kematian yang ada di dalam kepercayaan shinto disebut sebagai tanah Yomi (黄泉の国) yang digambarkan sebagai tempat yang penuh dengan kesedihan.

Orang Jepang pada mulanya hanya memahami satu konsep mengenai kehidupan dan kematian berdasarkan ajaran kepercayaan setempat saja. Kepercayaan tersebut diturunkan dengan lisan karena memang pada waktu sebelum masuknya huruf kanji dari Tiongkok, Jepang masih menggunakan tradisi lisannya untuk menyampaikan informasi secara turun-temurun.

Perlu diketahui kalau sifat dari tradisi lisan itu adalah seringkali berubah karena tuturan dari orang yang satu dengan orang lain itu bisa berbeda satu sama lain dan tidak mungkin menyimpan informasinya secara utuh sehingga diperlukan huruf yang dapat mencatatnya. 

Sejak masuknya huruf kanji, akhirnya tradisi lisan itu mulai dibukukan dan terbitlah buku yang bernama kojiki (古事記) pada tahun 712 M yang merupakan kitab kepercayaan shinto.

Pembukaan kojiki dimulai dengan kisah dilahirkannya dewa (kami) seperti pasangan dewa yang bernama Izanagi dan Izanami. Izanagi dan Izanami adalah sepasang suami istri yang saling mencintai dan bersama-sama mereka membuat kepulauan Jepang. 

Namun, hal yang disayangkan terjadi setelah Izanami melahirkan dewa api (Kagutsuchi). Izanami terbakar karena melahirkan dewa tersebut dan kemudian meninggal. Setelah itu, Izanagi terus menangisi kepergian Izanami.

Ilustrasi Izanagi dan Izanami sedang membuat kepulauan Jepang. Sumber: wikipedia.com

Sifat yang ada pada Izanagi menyimbolkan bagaimana rapuhnya sebuah kehidupan. Apabila kematian menjemput orang yang kita kasihi, maka kematian tersebut akan menyebabkan kepedihan yang mendalam dan muncul perasaan tidak rela akan hal itu. Akibatnya kita yang masih hidup akan terus dibayangi oleh rasa sedih itu dan selalu berharap ingin bersama lagi dengan orang yang sudah meninggal. 

Seperti Izanagi yang meyakini bahwa istrinya belum meninggal dan ia bertekad untuk membawa kembali istrinya dari alam orang yang sudah meninggal. Alam itulah yang disebut sebagai tanah Yomi, alam di mana orang-orang yang sudah meninggal itu pergi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline