Lihat ke Halaman Asli

daffa primadya maheswara

Mahasiswa Ilmu Komunikasi USB YPKP

Mahasiswa dan Pergerakan Historical

Diperbarui: 26 Maret 2023   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai mahasiswa kita dituntut untuk bersuara dan terlibat dalam perubahan suatu bangsa. Artinya mahasiswa harus bisa menyatakan pendapat dan sikap atas kebijakan yang dinilai dapat merugikan masyarakat dan negara. Hal tersebut tertuang dalam tri fungsi mahasiswa, yaitu agent of change, social control, dan iron stock. Julukan tersebut sudah melekat pada mahasiswa sejak bertahun-tahun lalu.

Meski terbilang berat, namun julukan tersebut secara otomatis telah melekat pada seseorang yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Mau tidak mau mahasiswa harus bisa menerapkan tri fungsi mahasiswa dalam kesehariannya. Berfikir kritis sudah menjadi makanan sehari-hari bagi mahasiswa. Kata 'maha' di depan 'siswa' menandakan bahwa seorang mahasiswa tidak pernah puas dalam menuntut ilmu. Titel tersebut langsung melekat pada seseorang yang baru saja masuk ke perguruan tinggi.

Maha menurut KBBI artinya 'sangat', 'besar', atau ' mulia. Sedangkan untuk 'siswa' memiliki dua makna dari hasil yang ditemukan dari beberapa sumber. Pertama kata 'siswa' merupakan kata serapan dari nama dewa Trimurti dalam agama hindu, yaitu Siwa. Dewa Siwa dalam agama hindu adalah dewa pemusnah yang tugasnya menghancurkan segala hal yang telah usang atau tidak berkebaikan lagi.

Kemudian yang kedua adalah kata 'siswa' diambil dari bahasa jawa 'wasis' yang artinya orang yang pandai. Oleh sebab itu 'siswa' dimaknai sebagai orang yang belum pandai atau kurang pandai. Dari  pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki arti yaitu orang yang harus bisa menghancurkan dan memperbaiki segala sesuatu yang sudah tidak berkenan lagi.

Jika pahlawan memegang senjata untuk memerdekakan bangsa, maka mahasiswa menyandang suara untuk sebuah perubahan. Belakangan ini mahasiswa sudah bangkit dari mati surinya, keberanian mereka telah bangkit, keberanian dalam menyampaikan kebenaran mulai lantang disuarakan. Fitrahnya sebagai agen of change, social control, dan iron stock telah pulih.

Bukti nyata bahwa mahasiswa telah bangkit yaitu demonstrasi yang dilakukan sebagai bentuk protes atas kebijakan yang dinilai merugikan. Ditengah masa pemulihan ekonomi, kebijakan yang dikeluarkan oleh rezim semakin menyengsarakan masyarakat seperti persoalan minyak goreng, wacana tiga periode, dan penetapan RKUHP serta Omnibuslaw.

Suara yang diusung oleh mahasiswa haruslah terus dikawal agar bisa mewujudkan perubahan yang nyata dan tidak sia-sia nya perjuangan mereka. Meski tidak semua mahasiswa turun ke jalan, namun di zaman serba digital ini mahasiswa bisa tetap ikut bersuara melalui tulisan yang dimuat dalam media online atau media sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline