Lihat ke Halaman Asli

daffamufida

mahasiswa

Pengaruh Kesehatan Mental Anak Terkait Kasus Bullying dan Upaya Penanganannya

Diperbarui: 7 Desember 2024   14:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa itu bullying ?

Bullying merupakan salah satu permasalahan serius yang bisa berdampak langsung pada kesehatan mental anak-anak. Entah sebagai korban, pelaku, atau saksi, anak-anak yang terlibat dalam kasus bullying berisiko menghadapi berbagai masalah psikologis yang memengaruhi perkembangan mental mereka. Bullying bukan hanya isu perilaku, tetapi juga ancaman serius bagi kesehatan mental anak-anak. Mereka yang menjadi korban bullying sering mengalami tekanan emosional, seperti stres, kecemasan, dan depresi, yang dapat memengaruhi perkembangan mereka. Lebih dari itu, rasa malu dan rendah diri yang terus-menerus dirasakan oleh korban sering membuat mereka menjauh dari interaksi sosial, bahkan dapat  mengganggu proses belajar. Di sisi lain, pelaku bullying juga kemungkinan besar mengembangkan perilaku agresif atau antisosial jika tidak ditangani sejak awal.

Pencegahan bullying memerlukan keterlibatan aktif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Orang tua dan guru harus menciptakan situasi yang aman dan inklusif, sembari mengajarkan nilai-nilai empati pada anak-anak. Selain itu, korban perlu mendapatkan bantuan psikologis untuk memulihkan rasa percaya diri dan menghadapi trauma. Dengan langkah-langkah ini, kita bisa berkontribusi dalam menghentikan siklus bullying serta memastikan anak-anak berkembang dalam lingkungan yang sehat, aman, dan penuh kasih sayang.  

Dampak Bullying Apa saja yang terlihat pada Kesehatan mental Anak ?

Bullying berdampak besar pada kesehatan mental anak, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Anak-anak yang menjadi korban bullying sering merasakan tekanan emosional yang berat, seperti ketakutan, kekhawatiran, dan stres yang berkepanjangan. Mereka mungkin merasa terasing, tidak dihargai, serta kehilangan rasa percaya diri. Jika perasaan ini tidak ditangani, bisa berkembang menjadi gangguan kecemasan, depresi, atau bahkan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Dampak bullying tidak hanya terbatas pada aspek psikologis, tetapi juga berdampak pada perilaku anak. Korban seringkali menarik diri dari interaksi sosial, enggan pergi ke sekolah, atau mengalami penurunan dalam prestasi akademik karena kesulitan berkonsentrasi. Dalam beberapa situasi, perasaan putus asa yang dialami korban bullying dapat membuat mereka memikirkan atau mencoba untuk menyakiti diri sendiri. Jadi, bullying bukan hanya sebuah tindakan agresif, tetapi juga merupakan ancaman serius bagi kesehatan mental anak.

langkah apa saja yang dapat kita lakukan untuk mengatasi hal tersebut ?

Penanganan kasus bullying terhadap anak memerlukan pendekatan yang komprehensif, melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Langkah pertama yang paling penting adalah meningkatkan pemahaman tentang akibat negatif bullying, baik bagi korban, pelaku, maupun saksi. Keluarga dan sekolah harus berkolaborasi untuk memastikan anak-anak memahami apa itu bullying dan mengapa perilaku tersebut tidak boleh diterima di mana saja. Edukasi mengenai efek psikologis bullying, seperti kecemasan, depresi, dan trauma, perlu diajarkan sejak dini, baik di rumah maupun di sekolah. Kedua, sangat penting bagi orang tua dan pendidik untuk membangun komunikasi yang transparan dengan anak-anak. Anak yang menjadi korban bullying sering kali merasa takut atau malu untuk berbagi tentang pengalaman mereka. 

Oleh karena itu, menyediakan ruang yang aman dan tidak menghakimi agar anak merasa didengar sangatlah krusial. Orang tua dan guru perlu mendengarkan dengan penuh empati, tidak memaksakan solusi, dan memberikan dukungan moral yang dapat membantu anak merasa dihargai dan diterima. Selain itu, sekolah harus memiliki kebijakan yang tegas mengenai bullying. Ini mencakup pembuatan aturan yang melarang semua bentuk bullying dan menetapkan sanksi bagi pelaku yang terbukti bersalah. Sekolah juga perlu menyediakan cara pelaporan yang mudah diakses dan mendidik seluruh komunitas sekolah tentang pentingnya melaporkan tindakan bullying. Dengan adanya kebijakan yang jelas, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua anak.

Langkah selanjutnya adalah memberikan dukungan psikologis kepada korban bullying. Konseling atau terapi dengan psikolog dapat membantu anak untuk mengatasi perasaan mereka, menangani trauma, dan membangun kembali rasa percaya diri. Terapi ini juga bermanfaat bagi anak yang berperilaku bullying, guna membantu mereka memahami tindakan mereka dan belajar untuk berempati. Intervensi psikologis merupakan bagian penting dalam proses pemulihan baik untuk korban maupun pelaku.
Terakhir, masyarakat juga berperan dalam menangani kasus bullying. Program kesadaran dan kampanye anti-bullying perlu diperkuat di berbagai tingkatan masyarakat, termasuk melalui media sosial, organisasi pemuda, dan komunitas lokal. Dengan melibatkan berbagai pihak, baik orang tua, sekolah, maupun masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih positif, aman, dan mendukung perkembangan anak tanpa adanya kekerasan atau bullying.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline