Lihat ke Halaman Asli

Daffa Imam

Baca-Nulis-Tidur-Repeat

IndiHome, Internetnya Indonesia, dan Cerita Tradisionalisme ke Modernisme

Diperbarui: 9 Juli 2022   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: foto.bisnis.com

Sebagai anak yang tumbuh besar di kampung, hidup saya dahulu terasa menyenangkan. Jauh dari hiruk-pikuk polusi kota, jauh dari kemodernan, dan jauh dari gaya hidup yang kebarat-baratan. Setiap hari saya habiskan dengan bersekolah dan bermain---walaupun lebih banyak bermainnya, sih. Ya, maklumlah, namanya juga anak-anak.

Rentang waktu 2005-2013, saya tak mengenal istilah handphone atau internet sekalipun. Saya hanya kenal istilah lodong, oray-orayan, boy-boyan, dan permainan lainnya. Hidup di masa tersebut terasa indah, seakan dunia tidak akan berubah menjadi kekinian---seperti sekarang.

Menginjak masa SMA, di mana merantau ke Kota Bandung menjadi rutinitas setiap hari, saya jadi tersadar bahwa kehidupan di kota lebih terbuka daripada kehidupan di kampung. Modernitas di kota terlihat dari infrastruktur, sarana dan prasarana, dan gaya hidup masyarakat. Modernitas itu juga berimbas pada kebutuhan saya di kota.

Saat itu, bagi saya kebutuhan kuota internet lebih utama ketimbang pulsa. Pulsa hanya bisa digunakan untuk menelepon atau mengirim SMS---yang pada saat itu sudah dimiliki oleh beberapa aplikasi pengirim pesan seperti Line dan WhatsApp. Sementara kuota internet bisa saya gunakan untuk berkirim pesan, menelepon seseorang, atau mencari informasi seputar pelajaran dan kehidupan dunia.

Saya termasuk orang yang setiap terhadap provider internet, begitupula dalam urusan membeli kuota. Kebutuhan yang tidak terbendung---baik itu kebutuhan mencari referensi pelajaran atau hiburan---membuat perilaku konsumtif dalam membeli paket internet tidak dapat dihindarkan. Setelah dua tahun bertahan dengan menyisihkan uang jajan untuk membeli kuota internet salah satu provider, saya pun menyerah.

Saya pun melakukan negosiasi dengan orang tua untuk memasang layanan internet di rumah, demi kemaslahatan semua anggota keluarga a.k.a. agar tak perlu membeli kuota internet setiap waktu.

Pilihan pun jatuh kepada IndiHome, anak perusahaan PT Telkom Indonesia Tbk (Telkom). Pemilihan ini tentu tidak sembarang. Sebelumnya, saya melakukan research and development alias survei terhadap tetangga dan teman-teman yang menggunakan layanan IndiHome di rumahnya. Dan survei yang dilakukan membuktikan itu semua. Selain kecepatan internet yang cepat dan stabil, IndiHome juga memiliki tarif berlangganan yang sangat murah dibanding dengan pembelian kuota internet setiap waktu.

Keuntungan menggunakan IndiHome ketimbang membeli kuota internet adalah tidak terbatasnya penggunaan internet. Bayangkan, paket paling murah IndiHome adalah Rp 275.000/bulan dengan kecepatan 20 Mbps dan kuota tak terbatas! Sementara jikalau berlangganan kuota internet, rata-rata harganya kisaran Rp. 50.000 untuk kuota 2GB. Lumayan, bisa ngirit berapa ratus ribu, tuh!

Akhirnya pilihan saya jatuh kepada Paket IndiHome 2P Internet + TV (Dengan Disney+ Hotstar). Paket ini memberikan keuntungan berupa kecepatan internet sebesar 30 Mbps, paket entry TV, ekstra 57 channel TV selama 3 bulan, dan lain-lain. Proses pemasangannya pun terhitung cepat, satu hari selesai.

Sejak saat itu, saya merasakan banyak sekali manfaat internet yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari, mulai dari pendidikan, sosial, hiburan, dan lain-lain. Dan yang paling penting adalah; saya tak perlu dipusingkan lagi dengan biaya membeli kuota setiap waktu. Itu keuntungan yang patut disyukuri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline