Lihat ke Halaman Asli

Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan

Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Risalah Tauhid Muhammad Abduh: Harmoni antara Tauhid dan Rasionalitas

Diperbarui: 30 November 2024   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi madrasah di Mesir (Sumber: iStock dari ZU_09)

Muhammad Abduh, seorang reformis Islam terkemuka dari Mesir, menulis Risālat Al-Tawḥīd sebagai upaya untuk menjelaskan konsep tauhid (keesaan Tuhan) dalam Islam dengan pendekatan yang lebih rasional dan modern. Pemikirannya dalam karya ini menekankan pada harmoni antara agama dan rasio (akal) serta pentingnya memahami ajaran Islam dalam konteks intelektual yang lebih luas.

Abduh mendefinisikan tauhid sebagai keyakinan bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang memiliki sifat ketuhanan yang tidak bisa diganggu gugat. Ini berarti Tuhan adalah sumber dari segala eksistensi dan tujuan akhir dari segala sesuatu. Dia menekankan bahwa seluruh ilmu teologi haruslah berpusat pada konsep ini.

Dalam Risālat Al-Tawḥīd, Abduh menekankan bahwa seluruh ilmu teologi berfokus pada konsep ini, yaitu pembuktian keesaan Tuhan, baik dalam diri-Nya sendiri maupun dalam tindakan penciptaan-Nya. Tauhid tidak hanya sekadar menyatakan bahwa Tuhan itu satu, tetapi juga bahwa segala sesuatu bermula dari-Nya dan kembali kepada-Nya.

Misi utama dari risalah kenabian Muhammad ﷺ adalah untuk menyampaikan konsep tauhid ini, sebagaimana ditegaskan dalam banyak ayat Al-Qur’an yang mengajarkan tentang keesaan Tuhan.

Menurut Abduh, doktrin tauhid juga dapat disebut sebagai teologi skolastik, di mana penekanannya adalah pada pembuktian rasional terhadap kebenaran agama. Dia menunjukkan bahwa teologi Islam dibangun di atas prinsip-prinsip rasional dan tidak hanya bergantung pada tradisi dogmatis semata.

Dia mengkritik pendekatan keagamaan sebelum datangnya Islam yang cenderung bersifat dogmatis dan tidak mengandalkan penilaian rasional. Agama selain Islam selalu mementingkan doktrin dan dogma serta kerap terjadinya konflik antara agama dan ilmu pengetahuan.

Referensi

Abduh, Muhammad. The Theology of Unity (Risālat Al-Tawḥīd). Diterjemahkan oleh Ishaq Musa’ad dan Kenneth Cragg. London: George Allen & Unwin LTD, 1966.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline