A. Mukadimah
Salah satu aspek paling signifikan dari Al-Qur'an adalah inklusivitas pesannya yang mendalam dan sepenuhnya mengandung kebenaran. Al-Qur'an tidak membatasi kisah keselamatan umat manusia hanya pada awalnya kemunculan dan berkembangnya agama Islam, tetapi membawa kisahnya kembali ke awal mula umat manusia, yakni sejak zaman Nabi Adam, yang merupakan manusia dan nabi pertama dalam Islam.
Rantai kenabian dalam Islam sendiri berisi pesan yang sama, yaitu ber-tauhid dan berbuat kebajikan. Nabi yang dikenal dalam Islam dimulai dari Nabi Adam, lalu melalui banyak nabi-nabi dari Bani Israil, Bani Ishaq, dan berakhir ke nabi paling spesial, yaitu Nabi Paling Agung yang berasal dari Bani Ismail, Rasulullah Muhammad . Nabi Muhammad di sini adalah yang pembawa risalah paling akhir dan pesannya berlaku sampai Hari Kiamat, yang pesan dan kitabnya menegaskan kebenaran mutlak semua pesan kenabian dan menyempurnakannya.
Salah satu mata rantai terpenting dalam rangkaian kenabian ini adalah Nabi Yesus (Isa Al-Masih), yaitu seorang nabi yang dikenal dengan keteguhan luar biasa dan menjadi salah satu dari nabi paling penting dalam Islam. Inklusivitas ini menunjukkan bahwasanya Islam sangat menghargai seluruh rangkaian kenabian sejak awal umat manusia diciptakan dan melihat keselamatan sebagai proses berkelanjutan yang melibatkan banyak utusan Allah Swt.
Yesus dalam Islam memiliki peran penting sebagai salah satu nabi besar yang merupakan bagian dari rantai panjang kenabian. Ia dipandang sebagai utusan Allah (Rasulullah) yang membawa pesan penting untuk umat manusia.
Melalui kisah Yesus, Al-Qur'an menyampaikan bahwa setiap nabi memiliki peran spesifik dalam menyampaikan pesan ilahi, yang pada akhirnya mencapai kesempurnaan pesannya dengan kedatangan Nabi Muhammad . Sebagai risalah terakhir dan pelengkap semua risalah yang pernah disampaikan, Al-Qur'an mengajarkan bahwa semua nabi, termasuk Nabi Yesus, adalah bagian dari misi untuk membawa manusia menuju keesaan Allah Swt (tauhid).
B. Makna Rasul dalam Islam
1. Definisi Rasul dan Nabi
Literatur teologi Islam menggunakan beberapa istilah untuk menyebut manusia yang ditunjuk langsung oleh Allah Swt. untuk menyampaikan risalah-risalah-Nya dengan sebutan ar-rasul atau rasul. Secara linguistik, istilah rasul dalam bahasa Arab mengandung makna seseorang yang diperintahkan oleh Allah Swt., Sang Pengirim Risalah, melalui Malaikat Jibril a.s., untuk menyampaikan pesan-Nya atau menerima pesan atas nama Pengirim.
Secara teologis, ar-rasul adalah seorang manusia yang diutus langsung oleh Allah Swt. untuk menyampaikan hukum-hukum ilahi kepada umat manusia. Rasul diutus dengan misi tertentu dan daerah penugasan, yang telah ditentukan dengan tujuan untuk menyebarkan kebenaran dan memberikan petunjuk yang jelas bagi umat manusia agar mereka dapat mengikuti jalan yang benar.
Selain itu, ada juga istilah lain yang digunakan oleh Islam, yakni nabi Allah atau an-nabi. Istilah nabi dalam bahasa Arab ini mengacu pada seseorang yang menerima wahyu melalui Malaikat Jibril a.s. Nabi dalam hal ini menerima seseorang yang mendapatkan inspirasi langsung di hati atau melalui mimpi saat sedang tertidur.
Dalam terminologi teologis di Islam, seorang rasul memiliki kedudukan lebih tinggi daripada seorang nabi, karena rasul menerima wahyu khusus dari Allah Swt. melalui Malaikat Jibril a.s. Dengan kata lain, setiap rasul juga merupakan nabi, tetapi tidak semua nabi adalah rasul.
Rasul memiliki misi yang lebih besar dan sering kali dijadikan sebagai kitab suci untuk disampaikan kepada umat manusia, sedangkan nabi lebih berfokus pada mengingatkan umat agar tetap berpegang pada ajaran yang sudah ada.