Lihat ke Halaman Asli

Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan

Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

Ekonomi Sebagai Senjata Revolusi: Visi Kemandirian Koperasi Menurut Tan Malaka (1)

Diperbarui: 25 November 2024   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto toko cabang No.6 Koperasi Alcester di Alcester dengan para pekerja toko pada tahun 1917/1918 (Sumber: GetArchive)

A. Pendahuluan: Perang Ekonomi sebagai Bagian dari Perjuangan Revolusi

Tan Malaka di dalam tulisannya yang berjudul Gerpolek (Gerilya, Politik, dan Ekonomi) telah menyoroti bahwa strategi perang ekonomi adalah salah satu dimensi utama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perang ini tidak hanya terjadi di medan tempur, tetapi juga melalui upaya Belanda untuk melemahkan Republik Indonesia secara finansial dan ekonomi. 

Tulisan ini akan menunjukkan bagaimana perang ekonomi dirancang untuk memanfaatkan kelemahan internal kita, menghancurkan stabilitas ekonomi Republik, dan memperkuat kedudukan Belanda melalui eksploitasi sumber daya dan perdagangan internasional.

B. Perang Ekonomi Selama Masa Perjuangan Fisik

Selama masa perjuangan fisik, terutama ketika perlawanan Rakyat berada pada puncaknya, Belanda mengalami kesulitan besar dalam mengontrol dan memanfaatkan sumber daya ekonomi Indonesia. Beberapa faktor yang menyebabkan kekacauan ekonomi Belanda adalah:

1. Tekanan Serangan dari Luar dan Dalam

Serangan militer dari pasukan Republik dan sabotase oleh laskar Rakyat membuat Belanda tidak memiliki ruang dan waktu untuk mengelola perkebunan, tambang, atau pabrik. Aktivitas "laskar bumi hangus"dari kalangan Rakyat ini dapat menjadi daya perusak bagi infrastruktur vital milik kolonial, seperti jalur kereta api, jembatan, dan fasilitas produksi.

2. Ketidakstabilan Ekonomi Belanda

Pengeluaran militer Belanda untuk mendanai operasi perang mencapai delapan juta rupiah per hari, sedangkan pemasukan dari sektor ekonomi hampir nihil. Tan Malaka mencatat bahwa di dalam kondisi yang demikian ini, ekonomi Belanda berada di ambang kehancuran.

C. Perubahan Ekonomi Pasca-Perjanjian Gencatan Senjata

Setelah gencatan senjata dan dimulainya perundingan dengan Republik, situasi ekonomi mulai berubah:

1. Pemulihan Ekonomi Belanda

Belanda kembali menguasai perkebunan, pabrik, tambang, dan pelabuhan utama di kota-kota besar, seperti Surabaya, Semarang, Jakarta, Padang, dan Medan. Dengan menggunakan tenaga kerja Indonesia, mereka mengekspor hasil bumi seperti karet, minyak, timah, teh, gula, dan kina ke luar negeri, sehingga memperkuat ekonomi mereka.

2. Blokade terhadap Republik

Belanda menerapkan blokade ekonomi dengan menyita atau menembaki kapal-kapal Republik yang membawa barang dagangan ke luar negeri. Kebijakan ini melemahkan perdagangan internasional Republik dan mengisolasi ekonomi Rakyat.

3. Eksploitasi Daerah Berkelebihan

Setelah Agresi Militer I pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda menguasai sebagian besar daerah yang kaya akan sumber daya pangan di Jawa, meninggalkan Republik dengan wilayah yang miskin sumber daya.

Bersambung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline