Selain dari banyak pendapat-pendapat dari para pemikir Barat, Al-Mawardi—seorang pemikir Muslim—juga pernah menjelaskan bahwa asal-mula kemasyarakatan dan kenegaraan adalah hal yang kodratiah dari seorang makhluk berjenis manusia. Manusia yang berbeda-beda dalam aspek bakat atau kemampuan yang dimilikinya, pembawaannya, dan kemampuannya, menyebabkan manusia menjadi berbondong-bondong untuk saling membantu dan bekerja sama.
Seiring perkembangan interaksi antarmanusia itu terjalin, kemudian manusia-manusia yang telah bersatu itu akan saling membutuhkan, kemudian mereka bersepakat untuk mendirikan suatu kota, negara, dan seterusnya menjadi peradaban manusia yang besar.
Satu hal lagi yang paling menarik dari buah pikiran Al-Mawardi adalah hubungan antara Ahl al-‘Aqdi wa al-Halli atau Ahl al-Ikhtiar dan imam atau kepala negara. Di mana dalam konteks hubungan keduanya ini, terjadi satu kesepakatan yang dilatarbelakangi oleh suatu kontrak sosial dengan sukarela, sehingga terdapat kontrak sosial “imajiner” yang mengikat kedua belah pihak dalam kewajiban dan hak masing-masing atas dasar timbal-balik satu sama lain.
Oleh karena itu, meski imam memiliki hak untuk dijunjung dan dihormati oleh rakyatnya, tetaplah harus memenuhi kewajibannya kepada rakyatnya untuk melindungi dan menyejahterakan rakyatnya dengan penuh rasa tanggung jawab.
Kontrak sosial ala Al-Mawardi ini diungkapkan sejak abad XI, sedangkan teori kontrak sosial yang sering kali kita dengar baru muncul pertama kali di Eropa (Barat) pada abad XVI.
Teori kontrak sosial ala Al-Mawardi ini ditujukan untuk menghindari tindakan negara yang otoriter. Dengan mengambil hikmah dari Piagam Madinah (Konstitusi Madinah), teori kontrak sosial ala Al-Mawardi ini berkembang menjadi teori konstitusi yang banyak diadopsi oleh negara beradab.
Dengan teori ini, maka rakyat di hadapan pemerintahan adalah setara dan memiliki hak yang sama, tidak ada hal yang dibeda-bedakan dalam tindakan kenegaraan dan kemasyarakatan. Begitulah singkatnya pemikiran Al-Mawardi, yang jauh melampaui teori-teori dari Barat yang baru ditemukan pasca-Renaissance.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI