Lihat ke Halaman Asli

Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan

Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

Kritik Positivisme dalam Etika Lingkungan: Re-Enchantment Melalui Estetika Adorno dan Neo-Animisme

Diperbarui: 20 November 2024   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mitologi Yunani Gaia sebagai bagian dari kritik positivisme dalam konteks Etika Lingkungan (Sumber gambar: Adobe Stock)

Disenchantment atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “penyingkiran pesona”, “penghilangan daya magis”, ataupun “penghapusan keajaiban” merupakan konsep yang mengacu pada hilangnya rasa kagum dan keajaiban terhadap alam, yang disebabkan oleh pandangan positivistik tentang rasionalitas dan ilmu pengetahuan. Pandangan ini, seperti yang dikritik oleh Max Horkheimer dan Theodor Adorno dari Mazhab Frankfurt, menganggap alam hanya sebagai objek untuk dimanipulasi dan dikendalikan demi tujuan manusia. Positivisme yang berlebihan ini tidak hanya mengeksploitasi alam, tetapi juga mengalienasi manusia dari aspek batinnya sendiri, seperti kreativitas dan otonomi pada dirinya. Pendekatan ini telah mengabaikan dimensi estetika, moral, dan sensitif dalam kehidupan manusia, sehingga mengakibatkan hilangnya rasa hormat dan kekaguman terhadap dunia sekitar.

Sebagai respons terhadap disenchantment ini, gagasan neo-animisme menawarkan perspektif yang berbeda dengan menekankan pentingnya memandang alam sebagai entitas yang hidup dan suci. Neo-animisme terinspirasi oleh cara tradisional beberapa masyarakat adat saat berinteraksi dengan alam melalui ritual dan praktik yang menganggap bahwa benda-benda, baik yang hidup maupun mati, memiliki jiwa atau kekuatan. Dengan mengadopsi pandangan ini, neo-animisme berusaha untuk memulihkan rasa hormat dan keterhubungan yang hilang dengan alam dan lingkungan hidup, serta menawarkan cara yang lebih berkelanjutan untuk berinteraksi dengan lingkungan. Perspektif ini bertujuan untuk mengatasi kerusakan lingkungan dan sikap konsumtif yang muncul dari pandangan positivistik yang menyusutkan alam menjadi objek belaka.

Disenchantment dan Mazhab Frankfurt

Disenchantment, dalam konteks ini, mengacu pada proses di mana alam dan segala sesuatu di sekeliling kita kehilangan rasa magis, misteri, dan keajaiban yang dulu ada. Konsep ini sangat terkait dengan kritik yang diajukan oleh Max Horkheimer dan Theodor Adorno dari Mazhab Frankfurt terhadap pandangan positivistik tentang rasionalitas dan ilmu pengetahuan.

Mazhab Frankfurt dan Kritik terhadap Positivisme

Mazhab Frankfurt, yang didirikan oleh Horkheimer dan Adorno, dikenal dengan pendekatan kritis mereka terhadap masyarakat, budaya, dan ilmu pengetahuan. Mereka menganggap bahwa rasionalitas yang dipromosikan oleh positivisme—yang berfokus pada pengamatan, pengukuran, dan metode kuantitatif—telah menyebabkan apa yang mereka sebut sebagai “disenchantment” atau penyingkiran pesona. Positivisme, dalam pandangan mereka, menyebabkan alam dan proses-prosesnya hanya dianggap sebagai sesuatu yang sepenuhnya dapat diprediksi dan dikendalikan. Dengan kata lain, alam dinilai oleh pandangan ini hanya sebagai objek yang dapat diteliti, dipahami, dan dimanipulasi untuk keuntungan manusia.

Menurut Horkheimer dan Adorno, pandangan ini mengarah pada dua konsekuensi utama: 

Pertama, hilangnya rasa kagum dan keajaiban terhadap alam. Saat alam dianggap hanya sebagai “mesin besar” yang berfungsi berdasarkan hukum-hukum alam yang dapat diprediksi oleh rasio manusia, alam akan menjadi kehilangan nilai-nilai estetika, moral, dan spiritualnya, yang pada hakikatnya dapat menumbuhkan rasa hormat dan keterhubungan terhadap alam. 

Kedua, pendekatan ini menyebabkan alienasi manusia dari sifat batinnya sendiri. Dalam usaha untuk menguasai dan mengontrol alam, manusia juga menekan kreativitas, otonomi, dan kebutuhan mendalam yang menjadi bagian penting dari kehidupan manusia.

Penerapan Positivisme dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dalam kerangka positivisme, ilmu pengetahuan dan teknologi dianggap sebagai alat yang tidak hanya memungkinkan kemajuan material, tetapi juga menawarkan harapan akan kemampuan untuk menyelesaikan semua masalah. Pandangan ini, menurut Horkheimer dan Adorno, menggabungkan determinisme dengan optimismenya: yaitu keyakinan bahwa segala sesuatu, termasuk alam dan sifat manusia, dapat dipahami sepenuhnya dan dikendalikan melalui metode ilmiah

Namun, kedua tokoh Mazhab Frankfurt ini berargumen bahwa, pendekatan ini, meskipun memberikan ilusi kekuatan dan pengetahuan yang tak terbatas, pada akhirnya menyebabkan penghilangan aspek-aspek yang lebih dalam dan lebih halus dari pengalaman manusia, seperti rasa keajaiban dan kecantikan alam.

Dalam konteks ini, disenchantment bukan hanya tentang hilangnya rasa keterpesonaan terhadap kekuatan magis dari alam, melainkan juga tentang bagaimana pandangan positivistik ini membentuk cara kita berinteraksi dengan dunia dan khususnya sesama manusia lainnya. Dengan mengurangi alam dan manusia menjadi objek-objek yang dapat “dimanipulasi oleh rasionalitas”, positivisme menciptakan sikap dominatif yang merusak hubungan yang lebih dalam dan lebih bermakna dengan lingkungan hidup di sekitar kita.

Re-Enchantment Estetika Adorno

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline