Lihat ke Halaman Asli

Daffa Damai Sugiana

Keteranga Profil harus diisi

Media Sosial, Keinginan atau Kebutuhan Manusia?

Diperbarui: 11 Mei 2020   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Manusia hidup untuk memenuhi kebutuhan, agar terpenuhi segala aspek dalam melanjutkan kehidupan. Namun kebutuhan manusia tidak lah sama dari masa ke masa, yang paling pokok tentu nya kebutuhan primer, yaitu sandang (pakaian) pangan (makan) dan papan (tempat tinggal). Dimana kebutuhan itu sangat mendasar untuk manusia bisa tetap hidup dengan layak dan berkecukupan, lalu memang ada apa dengan kebutuhan yang terus berubah ubah ?

Kebutuhan sekunder yang berarti kebutuhan yang berkaitan dengan usaha menciptakan atau menambah kebahagiaan hidup, itu terkadang mengalami perubahan, dan tentunya tidak bersifat umum. Untuk menghibur diri adalah usaha manusia agar tetap dalam akal sehat yang diharapkan, banyak cara tentunya agar manusia bisa menghibur diri, apalagi di zaman sekarang dengan mudahnya manusia bisa menghibur dirinya sendiri. Tetapi kembali lagi pada kebutuhan, pembentukan kebutuhan yang umum telah melenceng dari arti sebenernya, terlepas dari kesepakatan dan keyakinan yang dipercaya, namun seperti banyak kebutuhan yang tidak dibutuhkan. Kepentingan tidak terhindarkan, tetapi dampaknya banyak orang yang kebingungan dengan kebutuhan dan kepentingan di era saat ini

Smartphone tentunya sudah menjadi kebutuhan manusia saat ini, tanpa terkecuali, terhindarkan, bahkan terbantahkan. Semua orang bisa memiliki smartphone dengan mudah, bahkan banyak anak di bawah umur yang beralasan tidak ingin bersekolah jika si orang tua tidak meberikan sebuah smartphone. Dengan banyaknya perusahaan eletronik modern yang bersaing memasarkan produk smartphone murah dan canggih, itu terjadi seperti perlombaan, saling ingin terdepan dan nomer satu, tanpa ada hambatan, aturan dan ketentuan. Begitu pula si target pasar, yang tentunya manusia. Tidak sedikit orang yang menaruh pencapaian pada model smartphone yang bagus, canggih, modern dan mahal. Itu semua bukan sebuah hal yang buruk, karena telah menjadi kebutuhan, dan memang harus seperti itulah yang terjadi.

Penggunaan smartphone diciptakan untuk berbagai kemudahan, dengan hal mendasar nya dari phone adalah berkomunikasi, tentu seiring perkembangan, banyak cara mudah dan praktis yang bisa di lakukan untuk berkomunikasi. Itu hal baik dan positif karena manusia adalah makhlus sosial. Dalam buku Misteri Manusia Alexis Carrel: modernisasi telah merusak manusia secara fisik. Lucunya kerusakan ini terjadi karena kemakmuran dan kenyamanan. Produksi massal makanan menghasilkan makanan yang lezat dan mudah didapatm tetapi makanan itu telah kehilangan zat-zat nutrifitnya. Teknologi modern mengistirahatkan fungsi-fungsi organis, sehingga organisme tidak lagi harus berjuang melawan panas dingin. Dalam kehidupan sehari-hari, kerja otot telah digantikan mesin. 'ringkasnya', seru Carrel, 'cara hidup yang diciptakan oleh peradaban ilmiah telah meyia-nyiakan sejumlah mekanisme, yang aktivitasnya tidak pernah berhenti selama ribuan tahun keberadaan manusia.' (hal. 206) yang saya sorot dari kutipan diatas adalah poin dimana modernisasi yang terjadi seperti merusak manusia, yang buruk nya telah dikatakan bahwa itu semua didasari pada kemakmuran dan kenyamanan, dan manusia pasti mencintai hal itu.

Peran teknologi modern yaitu perkembangan akan kemajuan dan kemudahan, memang sedang terjadi sekarang ini. Didalam smartphone sendiri terdapat berbagai platform untuk mempermudah pengakses dalam berkomunikasi, maupun daring. Dengan bebas si pengguna dapat mengakses banyak aplikasi sosial media yang umum di gunakan, atau kekinian. Tentunya tidak sedikit pun di pungut biaya untuk mengaksesnya, yaitu tidak berbayar. Aplikasi itu sendiri bertujuan mempermudah bentuk komunikasi apapun, dan banyak kelebihan yang banyak di tawarkan dari aplikasi yang ada di smartphone saat ini. Bukan berita buruk lagi untuk perihal "tidak berbayar" menurut saya, karena itu bisa diakses untuk siapapun tanpa pandang bulu, asalkan orang itu memiliki smartphone dan akses internet.

Aplikasi yang ada di daring itu sendiri, begitu banyak yang bisa dimanfaatkan, selain dari mencari hiburan dan kebahagiaan di dalamnya. Pengguna bisa memanfaatkan nya sebagai tempat untuk mencari kebutuhan finansial, tidak sedikit dalam daring orang berbisnis, saling menukar dan membuat keuntungan untuk berbagai pihak. Bahkan tidak sedikit juga aplikasi yang di khususkan untuk keperluan orang dalam melakukan promosi dan produksi untuk berbisnis.

Namun terlepas dari itu semua, peran pengguna sosial media di dunia ini tentu beragam, yaitu manusia. Dengan sifat dan perilaku yang bermacam-macam itulah mereka bersatu dalam satu dunia daring, penggunaan secara massif dan pasif karena kebebasan mengakses sering lah terjadi. Banyak sebab akibat, interaksi yang ada di sosial media dalam setiap harinya mengalami peristiwa yang tidak semua dapat terekam dan dikonsumsi dengan menyeluruh oleh pengguna, namun saking luas nya dunia daring itu, pengguna bisa mengetahui apa yang sedang terjadi dimana pun dengan mudah, dapat pula mengetahui siapapun dengan mudah, untuk mengakses dan mencari profil dari setiap orang bisa dilakukan yang tentunya dengan mudah lagi, karena kembali lagi pada apa yang didasarkan dalam modernisasi ini adalah praktis, mudah dan nyaman. Pihak platform pun tentu nya menyediakan persetujuan untuk banyak aktifitas yang di lakukan si pengguna, dan banyak pengguna yang tidak keberatan dan mengikuti persetujan itu semua.

Karena tidak sedikit orang untuk mengkases daring dan sosial media, dan tidak sedikit juga platform yang tanpa menaruh ketentuan usia, dan disayangkannya itu terletak pada platform yang banyak digunakan dan umum digunakan. Dari anak kecil sampai lansia bisa mengakses, karena mungkin keuntungan untuk si produksi platform adalah semakin banyak pengguna, semakin banyak laba yang dihasilkan, maka dari itu tidak terlepas dari banyak dampak, terlepas itu baik buruknya, yang jelas dunia daring saat ini berperan besar dan banyak bagi kehidupan manusia.

Pembentukan karakter pun pasti terjadi, karena penggunaan sosial media dan daring itu sekarang sudah bersifat sangat aktif, mengapa? Banyak pembuat platform yang menyediakan banyak kebutuhan kehidupan di dalam dunia daring, yang mau tidak mau manusia harus mengakses dan menggunakannya, dan membuat itu semua jadi hal yang biasa, bahkan bersifat wajib. Sebagai pengguna yang dikurung dalam satu dunia daring, tentunya melakukan banyak interaksi dengan pengguna yang lain, dan membuat karakteristik mereka terbangun setiap harinya. Karena penempatan kebutuhan nya di dalam dunia daring itu sendiri, walaupun banyak platform dan aplikasi sosial yang diciptakan untuk berinteraksi dengan sifat yang baik dan positif, tetapi itu semua tidak terhindarkan dengan perlakuan buruk, benci dan bahkan dendam. Dan tidak sedikit juga berbagai peristiwa bullying yang terjadi, pelecehan seksual, ras dan agama. Itu semua bebas dan Nampak adanya, yang membuat banyak orang terdampak pada perilaku sifat dan karakteristik.

Edukasi yang harus dilakukan dalam menata ruang publik online harus terus diusung, dan digemborkan. Pihak bertanggung jawab seharusnya menerapkan edukasi ini di berbagai tempat dan ruang, karena daring sudah menjadi bagian dari kebutuhan, seharusnya banyak aspek dan tempat yang bisa di lakukan dalam mengedukasi masyarakat, dari hal terkecil sampai terbesar bisa dilakukan oleh pihak bertanggung jawab dalam mengedukasi, namun disayangkan jika dari 1/10 seperti hanya 5 yang sedang diusahakan untuk mengedukasi masyarakat dalam menggunakan dan mengakses daring, mungkin tidak ada nya keuntungan atau apalah saya tidak tahu. Padahal itu sangatlah penting, karena pengaruh nya begitu menyeluruh dan berdampak besar dalam masyarakat. Dan bahkan untuk di ruang lingkup terdekat, yaitu keluarga, orang tua sebagai barisan terdepan dalam mengajari, mengatur dan menilai perilaku sekitar untuk dampak pada keluarga, malah menjadi pengguna yang aktif dan pasif, yang tentunya berdampak pada anak yang akan menjadi seperti itu pula, karena orang tua sebagai cerminan terdekat. Yang mempengaruhi dan menghasilkan kelalaian pengawasan dan membuat sebab yang selalu tidak diinginkan.
Saran dari saya, diawali dengan mengagetkannya sekarang dunia sudah begitu banyak terbagi, selain ada dunia tak kasat mata dan dunia nyata, sekarang ada dunia internet, yang luasnya tidak terhingga. Namun alangkah baiknya kita lebih menghargai apa yang Nampak dan terjadi di depan kita, karena kehidupan ini bukan hanya tentang internet dan sosial media. Interaksi secara langsung tentunya sangat berbeda dengan apa yang dilakukan di sosial media, lebih hangat, emosional dan juga terasa. Untuk itu, tidak ada salahnya kita bisa menyempatkan dan mengusahakan agar meluangkan waktu dengan retret dan puasa sosial media, selain memperbaiki dampak psikologis kita, juga memperbaiki fisik dan lingkungan. Lakukanlah pembatasan dalam penggunaan, agar tidak ada sifat berlebihan yang buruk. Dan terus lah berusaha untuk lebih baik dari hari ke hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline