Imam Shamil, seorang legenda Umat Islam tanah Dagestan, lahir pada 1797. Ia adalah salah satu pemimpin pihak Kaukasus dalam perang antara Imamat Kaukasus melawan Kekaisaran Rusia. Imam Shamil menjadi Imam ketiga dari Imamat Kaukasus pada tahun 1834, menggantikan Hamzah Bek yang syahid pada Pertempuran Gimri tahun 1832.
Selama masa kepemimpinannya, Imam Shamil bertarung habis-habisan melawan Kekaisaran Rusia dalam berbagai pertempuran. Dari Pengepungan Akhulgo pada 1839 hingga Pertempuran Dargo tahun 1845.
Namun, sudah menjadi Qadarullah (Takdir Allah) bahwa setiap legenda selalu memiliki akhir, tepatnya pada Pertempuran Gunib tahun 1859.
Apa yang dikisahkan di sini adalah perjuangan sekelompok orang yang bergabung dalam barisan Imam Shamil
....................................................................................................................................................
Gunib, Dagestan, Imamat Kaukasus.
23 Agustus 1859. Dua hari sebelum pertempuran berakhir.
Dentuman meriam dan tembakan senapan lantak Kekaisaran terdengar sangat keras, cukup untuk memekakkan telinga siapapun yang tak terbiasa dengan perang.
Pasukan Imam Shamil membalas tembakan dari barisan prajurit pimpinan Pangeran Alexander Baryatinski. Walau terjebak di tempat ini, para mujahidin Kaukasus menolak menyerah.
Firman Bek tengah mengisi ulang senapan lantaknya, beruntunglah ia dan kawan-kawan seperjuangannya berada di atas pegunungan, mereka bisa berlindung di tengah bebatuan dan pemukiman serta memiliki kemungkinan tinggi untuk menembak mati dua prajurit kekaisaran dengan satu tembakan tepat di kepala.
"FIRMAN!" Teriak Furqan Mohamedov selaku pemimpin regunya, gempuran meriam membuat hampir setiap perintah tak terdengar kecuali dengan teriakan. "Incar kepala mereka! Jangan biarkan mereka naik dan mengambil alih bukitnya!".