Joshua Kimmich, siapa sih yang tidak kenal dengan pemain berpaspor Jerman ini? Pria yang kerap disapa Kimmich ini merupakan salah satu pemain andalan Bayern Munich saat ini. Pemain defensif serba guna ini menjadi salah satu kunci dalam keberhasilan Bayern Munich menjuarai trebel Bundesliga, DFB Pokal, dan Liga Champions musim lalu. Dia juga digadang-gadang menjadi penerus legenda Bayern Munich, Phillip Lahm. Lantas, faktor apakah yang membuat Josuha Kimmich digadang-gadang akan menjadi penerus Phillip Lahm?
Sebelum membahas lebih dalam, alangkah baiknya jika kita berkenalan terlebih dahulu dengan Joshua Kimmich. Joshua Kimmich lahir di Rottweil, Jerman pada tanggal 8 Oktober 1996. Karir sepakbola Joshua Kimmich berawal dari akademi VFB Bossingen. Pada 2007, Kimmich dibeli oleh VFB Stuttgart yang kemudian menjadi klub sepakbola profesonal pertama Kimmich. Dengan performa yang cukup menjanjikan, RB Leipzig pun tetarik untuk mendatangkan Kimmich pada dengan biaya transfer sebesar 450.00 pounds.
Di bawah asuhan Ralf Ragnick, Kimmich semakin menunjukan bakat dan kualitasnya. Permainan apik nan memukau Kimmich membuat pelatih Bayern saat itu, Pep Guardiola tertarik untuk mendatangkan wonderkid ini. Saat musim 2015-16, Kimmich pindah ke Bayern Munich, karena Pep Guardiola jatuh cinta pada kualitas dan keserbagunaannya yang segera terlihat saat ia bermain di berbagai posisi untuk Bayern di musim pertamanya. Dia melakukan debut Bundesliga untuk Bayern melawan FC Augsburg di mana dia masuk sebagai pemain pengganti. Pada musim 2015-16, Kimmich membuat 23 penampilan untuk Bayern Munich.
Karir internasional Kimmich juga terbilang cukup gemilang. Dia melakukan debut U17 untuk Jerman U17 dalam pertandingan persahabatan internasional melawan Azerbaijan pada November 2011. Dia kemudian dipilih untuk tim Jerman U18, sebelum dipanggil ke tim U19 pada November 2013. Dia melakukan debutnya di U19 melawan Prancis. Saat ini, dia juga menjadi pemain andalan timnas Jerman di bawah asuhan Joachim Loew.
Pada awal kedatangannya di Bayern, Pep memproyeksikan Kimmich menjadi di posisi fullback kanan, sama dengan posisi Phillip Lahm. Namun, Phillip Lahm masih menjadi pilihan utama Pep Guardiola pada saat itu sehingga potensi Kimmich belum terlihat secara maksimal. Pasca pensiunnya Phillip Lahm, Kimmich menjadi pilihan utama Pep Guardiola di posisi fullback kanan Kimmich pun membuktikan kapabilitasnya dalam menjadi seorang fullback modern.
Seorang fullback modern dituntut untuk bisa bertahan dan menyerang dalam tempo waktu yang cepat. Dia juga berugas mengatur transisi penyerangan,melakukan dribble ofensif ke arah pertahanan lawan, dam dituntut untuk bisa memberikan umpan silang dengan akurat. Hal ini tentu saja membutuhkan keahlian dribble dan passing, serta kecerdasan membaca situasi yang tinggi. Semua kemampuan di atas dimiliki oleh seorang Kimmich. Dia sangat berani dalam melakukan dribble-dribble ofensif yang membuat fullback lawan keteteran dalam me-marking para pemain Bayern. Dalam urusan bertahan, dia juga berani melakukan duel dengan winger lawan meskipun secara postur, Kimmich tergolong pemain dengan badan pendek dan ukuran tubuh yang kecil.Tebukti dengan statistik Kimmich pada musim 2016/2017, dia berhasil melakukan rata-rata 84 passing per 90 menit dan membuahkan 7 assist.
Musim 2019/2020 menjadi musim terbaik bagi Kimmich. Dia sudah menjadi pilihan pertama Bayern di dua posisi, yaitu fullback kanan dan CDM. Saat Bayern masih dilatih oleh Niko Kovac, Kimmich masi menjadi pilihan pertama dalam posisi fullback kanan. Namun, setelah pemecatan Niko Kovac dan kedatangan Benjamin Pavard dari VFB Stuttgart, Kimmich menjadi seorang CDM kokoh dibawah asuhan Hansi Flick. Tandem Kimmich-Thiago Alcantara menjadi tandem lini tengah paling mematikan pada musim 2019/2020. Terbukti pada musim itu, Bayern berhasil menjuarai semua kompetisi yang diikuti oleh mereka.
Persamaan Joshua Kimmich dengan Phillip Lahm terletak pada gaya bermainnya yang cenderung lebih ofensif. Mereka tipe fullback yang doyang untuk membantu penyerangan, bahkan tidak segan untuk masuk kedalam kotak penalti lawan. Mereka juga dapat melakukan long pass dan crossing yang cukup akurat. Mereka juga tipa pemain defensif yang dapat bermain di berbagai posisi selain fullback seperti Central Defensive Midfielder atau yang disingkat CDM. Kesamaan di banyak bidang ini membuat Kimmich sering digadang-gadang sebagai penerus dari Phillip Lahm.
Dengan segala kemampuan yang Kimmich miliki, saya rasa sudah pantas dia dijuluki sebagai "The Next Lahm". Namun, tentu saja di usia yang masih muda, Kimmich masih memiliki waktu untuk mengembangkan kembali kemampuannya agar dapat menjadi lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H