Lihat ke Halaman Asli

Daffa Ardhan

Cerita, ide dan referensi

Bersyukur di Masa Pandemi

Diperbarui: 5 Mei 2020   16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: pexels.com

Di instastory, WhatApp, Facebook, ataupun Twitter, banyak orang mengeluh soal bosannya berlama-lama tinggal di rumah. Saat ini, rumah bukan lagi tempat untuk melepas lelah, tapi jadi tempat persinggahan yang membuat orang tidak betah.

Ketika anak rumahan seperti saya saja sudah mengeluh bosan, itu artinya level kebosanannya sudah sangat akut.

Saya tidak bisa membayangkan betapa orang-orang extrovert diluar sana tersiksa karena harus menyetop interaksi dengan banyak orang. Padahal mereka bisa mendapatkan mood-nya dari setiap pertemuan dengan sesama manusia.

Mau menyalahkan Corona, ya percuma. Mau di debat dan di kritik pun sia-sia. Toh mereka bukan pemerintah atau lawan politik saya. Mau marah dengan keadaan, tapi ini bukan situasi yang bisa saya kendalikan.

Namun suatu waktu saya merasa seperti di tampar ketika melihat ada orang tetap semangat bekerja bahkan berbagi rezekinya disaat keadaan ekonominya menurun. Mereka terpaksa bekerja di luar rumah karena harus cari uang. Kalau memaksakan diri untuk "di rumah aja" rasanya tidak mungkin.

"Kalau gak keluar rumah, terus besok kita mau makan apa?" begitu katanya.

Ada banyak privilese atau keistimewaan yang baru saya sadari di tengah pandemi ini. Saya merasa saya masih beruntung karena keadaan ekonomi orang tua saya cukup untuk memenuhi semua kebutuhan sehari-hari. Tidak mengalami PHK, penghasilan tetap, bahkan punya jamiman THR, itu sudah lebih dari cukup.

Jangankan soal urusan makan, sesederhana mengikuti himbauan WHO dan pemerintah untuk selalu cuci tangan saja itu sudah termasuk keistimewaan.  Saya baru sadar bahwa di beberapa daerah di indonesia, cuci tangan saja masih susah karena kesulitan mengakses air bersih.

Di bidang pendidikan pun sama. Ada sebagian orang yang haknya berkurang karena harus stay at home. Disaat sebagian murid sekolah mengeluh karena belajar online, justru di satu daerah ada seorang guru yang mendatangi satu persatu muridnya karena mereka tidak punya smartphone untuk belajar online.

Jadi keluhan-keluhan kita soal boring di rumah mestinya dikurangi. Di masa pandemi, stay at home memang jadi sangat membosankan.

Tapi kita mesti ingat, kita hanya sedang dibunuh kebosanan. Sedangkan mereka yang hidupnya pas-pasan, harus terancam dengan serba kekurangan, kelaparan, bahkan kematian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline