Lihat ke Halaman Asli

Daffa Ardhan

Cerita, ide dan referensi

Agar Mimpi Kita Tidak Lari ke Mana-mana

Diperbarui: 7 April 2020   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: liputan6.com

Seorang atlit punya lingkungan yang mendukung untuk terus semangat latihan. Mereka di dukung oleh tim, pelatih, termasuk oleh penggemarnya. Mereka punya semacam support circle yang akan memotivasi mereka ketika merasa lelah dan kehilangan semangat.

Berbeda ketika ada sebuah pekerjaan atau bahkan passion yang tidak memiliki lingkungan untuk mendukung mereka. Sudah pasti akan kesulitan membangun semangatnya di saat masa-masa sulit.

Hal itu yang saya rasakan sejak lama. Saya merasa menulis adalah passion saya. Tapi di satu sisi saya tidak punya lingkungan yang men-support saya mengejar mimpi saya itu.

Tidak sama seperti seorang atlit, menulis bukan pekerjaan yang dilakukan dalam tim. Sehingga tidak ada kerjasama untuk saling membantu satu sama lain. Misalnya dalam menulis tidak di bimbing oleh pelatih. Menulis merupakan skill yang kebanyakan di asah secara otodidak.

Menulis, terutama bagi pemula tidak langsung punya penggemar yang bisa mendukungnya. Padahal dukungan berupa pujian atau afirmasi itu penting bagi seorang penulis. Bukan berarti gila pujian ya, tapi itu bisa jadi motivasi untuk lebih produktif.

Bagi saya wajar jika banyak orang yang belajar menulis kemudian berhenti di tengah jalan. Itu terjadi karena motivasinya sudah luntur duluan. Mereka tidak punya alasan untuk semangat menulis dikarenakan tidak ada lingkungan yang mendukungnya.

Keluarga sampai saat ini tidak ada yang aware kalau saya suka nulis. Ayah, kakak dan beberapa saudara saya tahu kalau tulisan-tulisan saya pernah di muat di media cetak, tapi sekedar tahu saja. Tidak ada afirmasi atau memberi reward tertentu.

Saya pun sebetulnya tidak terlalu menghiraukan apakah mereka peduli atau tidak. Toh mereka pun tidak akan membantu terlalu banyak dalam kepenulisan saya.

Saya menceritakan hal ini bukan karena saya mengeluh karena tidak ada orang yang support saya, tapi ini hanya sebuah gambaran bahwa sebetulnya pekerjaan menulis itu memang berbeda dengan seorang atlit. Motivasi dalam mengembangkan skill-nya tidak sama.

Maksudnya, jika seseorang ingin belajar menulis, mereka harus sadar bahwa kemungkinan untuk menyerah di tengah jalan jauh lebih besar daripada seorang atlit.

Nah, saya sendiri merasakan hal itu. Dan itu yang membuat saya pernah rajin sekali nulis, tapi juga pernah vakum hampir setahun lebih. Itu bisa terjadi karena saya tidak sering merasa motivasi itu hilang timbul karena berbagai alasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline