Ketika pilihan politik saya berbeda dengan keluarga, saya kesal dan merasa keputusan mereka salah. Begitu pun ketika seorang teman memutuskan untuk bekerja daripada kuliah. Saya kesal kenapa mereka tidak bertindak seperti yang saya harapkan.
Saya kesal dengan keputusan orang yang memilih menikah di usia muda tapi tidak punya planning yang baik dari segi finansial.
Saya kesal dengan orang yang pindah keyakinan hanya karena alasan pernikahan. Saya kesal ketika ada publik figure yang menganggap punya anak itu "mengganggu" dan menambah beban hidup.
Saya kesal dengan pengguna Tiktok yang menari-nari dengan lagu dan gerakan dance yang tidak sinkron. Kenapa mereka maksa mengikuti gerakan yang tidak sedap di pandang?
Apa mereka tidak pernah berpikir dance tiktok yang amatiran itu berpotensi membuat orang lain jadi dengki dan ingin berkata kasar?
Dalam hidup, ada banyak hal yang membuat saya kesal. Tapi kekesalan itu hanya sebatas kesal yang tidak ada ujungnya. Lagipula rasa kesal itu datang di waktu tertentu saja. Jadi tidak terlalu mengganggu pikiran saya juga.
Sebetulnya saya termasuk orang yang mudah kesal, tapi mudah juga hilang kesalnya. Saya pernah kesal dengan adik saya karena dia boros dalam mengatur uang.Tapi sehari kemudian kesalnya hilang begitu saja.
Saya berpikir untuk apa juga saya kesal? Toh uang itu bukan uang saya dan hak dia mau digunakan untuk apa. Biarkan dia yang mengatur uangnya sendiri.
Kalaupun uangnya habis dalam waktu singkat, dia yang harus bertanggung jawab dan menerima resikonya. Saya percaya suatu saat kalau dia mau belajar dari keputusan buruknya, dia akan berhenti boros dengan sendirinya tanpa harus saya paksa-paksa.
Setiap hari kita akan menemukan banyak hal menyebalkan yang tidak sesuai dengan kehendak kita. Terkadang kita ingin selalu merubah keputusan orang lain karena merasa orang itu sudah bagian dari hidup kita.
Sehingga, kita merasa bertanggung jawab untuk meluruskannya. Padahal kita tidak bisa memaksakan keputusan orang lain karena setiap orang punya keputusannya sendiri.