Lihat ke Halaman Asli

Daffa Ardhan

Cerita, ide dan referensi

Mahasiswa, Bijaklah dalam Berdemonstrasi

Diperbarui: 25 September 2019   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: tempo.co

Kita tidak bisa membenarkan kebaikan yang dilakukan dengan cara yang buruk. Sebab membela hal baik harus juga dilakukan dengan cara yang baik.

Saya pikir demonstrasi mahasiswa bukanlah aksi yang sia-sia. Meski dulu saya pernah membuat tulisan tentang kritik saya terhadap demonstrasi yang dianggap kurang efektif untuk beraspirasi. Akan tetapi, bukan berarti demonstrasi menjadi tidak layak dilakukan.

Setelah beberapa kali saya menghadiri sejumlah demonstrasi bersama rekan sesama mahasiswa, saya sadar bahwa tidak ada lagi elemen masyarakat yang paling bisa diandalkan dalam beraspirasi selain mahasiswa.

Mungkin organisasi terkait seperti LSM bisa jadi corong yang bisa menjembatani aspirasi juga. Tetapi, mahasiswa punya posisi yang lebih strategis untuk bersuara.

Kita tidak bisa mengandalkan sepenuhnya orang-orang tua kita untuk turun ke jalan. Sebab mereka sudah punya kepentingan yang harus dipenuhi.

Para orang tua punya kewajiban untuk mencari nafkah, sebagian lagi harus berkecimpung pada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Lagi-lagi ya berhubungan dengan kebutuhan finansial. Realistis? Iya, jelas.

Dukungan yang paling memungkinkan bagi orang-orang tua diluar sana paling banter adalah dukungan moril. Dukungan yang biasanya dilakukan di media sosial, dalam bentuk tweet, postingan, stories dan meramaikan berbagai tagar.

Langkah itu bisa dilakukan untuk menyebar luaskan informasi bahwa ada kerja-kerja dari pejabat kita yang dianggap salah arah sehingga perlu diingatkan. Kalau perlu di "paksa" dengan gerakan yang lebih besar.

Mahasiswa, tidak punya beban finansial untuk memenuhi apa yang orang-orang "dewasa" harus penuhi. Mahasiswa secara umum belum punya beban untuk bekerja karena belum punya tanggung jawab pada keluarga. Jadi aspirasi dalam bentuk demonstrasi bisa dilakukan dengan leluasa tanpa (katakanlah) terhalang jam kerja kantor.

Namun, dari apa yang selama kami atau teman-teman mahasiswa lakukan bagi saya ada yang perlu di kritisi juga. Mungkin secara substansi tidak menyangkut isi tuntutannya, tapi lebih kepada etika dalam menyuarakan aspirasi di ruang publik.

Sebab selama ini, demonstrasi memang di pandang oleh sebagian orang sebagai aksi yang menganggu. Oleh karenanya, mahasiswa perlu berpikir untuk meminimalkan dampak atau kerugian bagi masyarakat sekitar yang terganggu mobilitasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline