Lihat ke Halaman Asli

M Daffa Rafiecena

Memberi inspirasi bukan sensasi

Balada Permukiman Kumuh dan Dampaknya

Diperbarui: 8 Agustus 2019   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://m.liputan6.com

Bukan hanya kita dituntut untuk menjaga gaya hidup yang sehat seperti jaga asupan nutrisi dan olahraga yang teratur, tapi diperhatikan juga dari mana tempat kita tinggal dan air apa yang kita gunakan, namun kita tinggal di kota metropolitan seperti Jakarta harus lebih waspada karena semakin banyak dan padatnya jumlah penduduk di pusat perekonian dan pemerintahan di Indonesia, berdampak pada lingkungan tempat tinggal disekitar yaitu akibat perilaku masyarakat membuang sampah dan limbah di tempat yang salah.

Terbatasnya tanah lahan karena banyaknya pemukiman membuat penurunan kualitas air dan tanah, dan udara yang tidak sehat akibat polusi dan kurangnya lahan hijau untuk menukar karbondioksida dengan oksigen sebagai kesegaran kebetulan juga kalau Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara terburuk didunia.

Jangan pernah disepelekan hal seperti itu, karena berpengaruh juga terhadap kesehatan dan daya tahan tubuh kita mulai dari apa air yang kita konsumsi baik dari tanah maupun air pipa, udara yang kita hirup, bila tidak dibarengi dengan pola hidup yang sehat maka akan rentan terhadap penyakit seperti DBD, tipus, hepatitis, dan gangguan pernapasan. 

Sempat juga kasus dalam tempat tinggal saya di Depok ratusan orang harus dirawat ke Rumah Sakit sampai ada yang meninggal akibat lingkungan yang tidak beres sejak pertama kali pemerintah kota berdiri, korban DBD tersebut banyak juga dialami oleh anak di bawah umur.

Saya sebagai blogger dan mahasiswa dengan tempat tinggal di Bogor terkena dampak sampai harus diopname di salah satu rumah sakit di Cibubur selama seminggu saat hal-hal yang penting salah satunya melewatkan UTS dengan biaya yang tidak sedikit mumpung kamarnya cuma ada versi teratas.

Atas peristiwa ini saya sadar kalau tempat tinggal yang saya tempati sudah tidak sehat, sudah terlihat pada saluran pembuangan air sudah lama tercemar, menghitam, dan kadang kala ada yang menyumbat, pemukiman sekitar dekat sekali dengan tempat pengumpulan sampah dan dibelakang baru ada pabrik plastik seharusnya tidak boleh beroperasi karena menyalahi ijin mendirikan bangunan bahwa industri pabrik harusnya jauh dari pemukiman.

Tapi apa dayanya kalau sekarang lahan Jabodetabek mengalami kekurangan akibat pertambahan penduduk, kualitas air pun tercemar logam berat akibat plastik yang tertimbun walhasil air tersebut hanya digunakan untuk mencuci dan mandi, kadang-kadang saya juga menghirup polusi akibat pembakaran sampah.

Begitu juga banyak tikus yang tak diundang sebagai sumber penyakit yang keberadaannya secara tersembunyi karena makhluk tersebut menyukai lingkungannya sampai saya melihat banyak bangkai tikus akibat terlindas kendaraan hampir membuat saya mual rasanya.

Sudah terbiasa sekali melihat kondisi Jakarta sekarang dengan hunian yang menyempit disebelah sungai yang mereka cemari dengan sampah, bangkai hewan, dan juga berasal dari MCK yang membuat sungai dulunya jernih bisa digunakan untuk konsumsi juga berbalik menjadi tempat sampah akibatnya pada saat mati lampu warga sekitar kesulitan kessulitan mencari air. 

Kita pun perlu mengetahui sungai seharusnya bisa menjadi sumber air bersih selain dari air tanah yang rawan menyusut, dan rasanya butuh waktu lama untuk normalisasi karena tidak mungkin kembali dikonsumsi karena terlanjur mengandung bakteri penyebab penyakit seperti kolera dan hepatitis, bersamaan dengan logam berat berasal dari limbah industri.

Di daerah Jawa Timur sempat terjadi juga kasus hepatitis luar biasa akibat konsumsi air yang terkontaminasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline