Lihat ke Halaman Asli

M Daffa Rafiecena

Memberi inspirasi bukan sensasi

Energi Terbaru pada Krisis Energi

Diperbarui: 8 Agustus 2019   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://m.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/15/09/03/nu2aap280-gardu-listrik-kembangan-terbakar-jakartatangerang-mati-lampu

Listrik memang sudah menjadi kebutuhan paling vital diseluruh dunia untuk kehidupan sehari-hari, negara mana saja sih yang tidak mau terjadinya pemadaman yang lama, namun pada hari Minggu (4/8/2019) wilayah Jabodetabek, dan sebagian yang ada di Jawa Barat mengalami lumpuh akibat blackout alias pemadaman listrik secara serentak yang saya rasakan dimana tak ada listrik, bahkan sinyal yang juga paling vital pun tak ada. 

Bahkan saya dengar dari radio bahwa lalu lintas di Jakarta mengalami gangguan akibat tak ada lampu penerangan dan pemadaman juga terjadi pada transportasi KRL dan MRT yang juga butuh listrik penumpang yang naik mendadak panik akibat pemadaman yang tak terduga dan calon hendak menaikinya pun terdampar.

 Mengenai sinyal  yang juga terkena disebabkan menara BTS tidak mendapat aliran listrik sekalipun, menurut saya ini adalah gejala mati lampu yang terlama yang saya alami dari jam 12 siang hingga 9 malam, kemudian mati lagi pada jam 1:30 pagi sampai 4 subuh.

Memang diketahui masalah blackout karena pada masalah pada PLTU di Suralaya dan PLTG di Cilegon, namun dari sudut pandang lingkungan di Indonesia masih membutuhkan sumber energi yang belum terbaharukan alias fosil bahkan lebih pun yang menyebabkan polusi dalam jangka besar.

 Mobil listrik pun yang sedang digandrungi hampir seluruh dunia karena bebas polusi pun dapat menyumbang polusi juga dari plt yang bekerja keras, film dokumenter sexy killer pun membahas keserakahan penguasa negara dan tambang disesbabkan pula keserakahan masyarakat yang mampu.

 Bisa jadi blackout terjadi karena pasokan fosil yang terus berkurang  dibanding jumlah kebutuhan yang besar bukan tidak mungkin Indonesia akan mengalami krisis energi berkepanjangan beberapa yang akan datang tapi entalah ini akibat jika tidak menemukan alternatif lain saat negara lain mengembangkannya Indonesia pun tertinggal maka dibutuhkan alternatif secepatnya dalam antisipasi polusi dan kebutuhan yang semakin besar.

Tenaga Angin 

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/16/090100826/melihat-pltb-sidrap-pembangkit-tenaga-angin-pertama-di-indonesia

Energi angin merupakan energi yang tak terbatas bahkan Indonesia memiliki potensi angin yang besar karena terletak pada garis pantai yang panjang maka tak ada salahnya untuk mengumpulkan angin dengan kincir angin dalam gerakan mekanik dalam menghasilkan listrik melalui turbin angin, selain minim efek rumah kaca juga hanya membutuhkan lapangan saja dalam membuat kincir pembangkit dan listrik yang dihasilkan pun lebih besar, potensi inilah yang membuat PLTB (Pembangkit Tenaga Listrik Bayu) di Indonesia harus dikembangkan di Indonesia.

Tenaga Surya

https://money.kompas.com/read/2019/07/18/195000226/sasar-pasar-domestik-panel-surya-berbobot-ringan-hadir-di-indonesia

Energi dari matahari pun juga tak terbatas Indonesia terletak pada daerah iklim tropis yang panas tak ada salahnya pula kalau energi surya dijadikan energi alternatif yang tengah dikembangkan pada negara maju, bisa juga energi tersebut menjadi alternatif dirumah karena dapat menyimpan energi dari radiasi matahari yang dipantulkan melalui photovolatic untuk menyerap energi tersebut, namun ada kendala jika terjadi cuaca basah seperti hujan dan salju tapi tak masalah asalkan rumah tersebut memiliki dua sistem sumber energi yaitu dari plt dan dari penyimpanan energi matahari itu sendiri.

Tenaga Panas Bumi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline