Hidup dihadapakan banyak pilihan. Hidup harus juga punya pilihan, dan setiap pilihan punya konsekwensi yang harus dihadapi. Apabila kita tak mampu memilih, maka hidup kita akan datar-datar saja. Tidak ada tantangan berarti yang akan membuat kita tambah berkembang. Hidup tanpa tantangan seperti air yang mengalir di tempat yang datar, kurang menarik dan indah.
Tempoe hari saya diajak oleh seorang sahabat dekat saya untuk mengikuti konferensi internasional yang banyak membicarakan isu-isu aktual. Tema besar konferensi ini, Islam, radikalisme dan spritualitas. Pembicaranya dari luar dan dalam negeri, peneliti dan aktivis yang konsen dengan tema diatas. Ini pengalaman pertama buat saya mengikuti konferensi internasional, walaupun pada tahun sebelumnya pernah diajak juga tapi kurang berminat. Kesan mengikuti konferensi internasional ini adalah, saya merasa paling bodoh diantara peserta konferensi. Dalam hati berkata, ilmu yang selama ini saya dapat belum seberapa.
Sebenarnya, saya punya agenda lain selain konferensi, yaitu pelatihan di organisasi yang selama ini menjadi media belajar bersama. Sungguh berat meninggalkan pelatihan ini, walau hanya sekedar absen muka, bagi saya itu suatu kepuasan tersendiri. Kecintaan terhadaap organisasi ini cukup dalam, karena di sinilah saya banyak dapat ilmu dan sahabat dari berbagai daerah di Nusantara.
Sebagaimana telah disebut di atas, hidup harus memilih. Itulah kenyataan yang harus dihadapi, mungkin sangat berat bagi saya untuk meninggalkan pelatihan/ritual organisasi. Saran sahabat untuk ikut konferensi dan meninggalkan ritual organisasi harus saya terima dengan berat hati. Sahabatku juga menjanjikan akan mengenalkan salah satu seorang sahabatnya yang pernah aktif di gerakan radikal. Saya tergoda dengan tawaran ini, walaupun di hati masih sangat berat meninggalkan ritual organisasi. Saya berpikir, bagaimana caranya bisa mengikuti dua kegiatan ini, hanya masalah mengatur waktu saja. Saya pun bisa mengikuti keduanya.
Dalam forum konferensi saya mengikuti semua agenda yang telah disiapakan panitia. Saya bertemu langsung dengan teman sahabatku yang pernah aktif di gerakan radikal. Saya pun menyusun strategi cepat bagaimana caranya bisa kongkow dan sharing pengalaman selama aktif di gerakan radikal. Misi ini berhasil sesuai rencana. Pada penutupan konferensi kita bertemu dan ngobrol di taman. Panjang lebar cerita yang dituturkan dan hal akan menjadi referensi hidup yang sangat berharga.
Setelah dari taman, kita alihkan kongkow dan sharing-nya ke tempat yang lebih enjoy dan nyaman, karena cuaca sore itu mulai gelap, tinggal menunggu hujan turun saja. Perbincangan kita berlanjut terkait pengalaman-pengalaman di gerakan radikal. Bagi saya, malam itu kebetulan bertepatan dengan malam minggu yang penuh makna dan berharga.
Sahabat itu anugrah. Banyak hal saya dapat dari sharing berbagai pengalaman-pengalaman dan tak lepas pula ngobrol bola. Kita memang harus membuka diri kepada siapapun, dari situlah kita bias belajar tentang hidup dan mendapatkan banyak ilmu. Semoga saja dilain kesempatan bias ketemu lagi, sahabat. Sahabat itu seperti bintang, walau jauh dia teteap ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H