Lihat ke Halaman Asli

Kamaruddin Azis

TERVERIFIKASI

Profil

Belajar dari Tragedi Pulau Kambing, Ini Saran dari Instruktur Olahraga Selam Seluruh Indonesia Sulsel

Diperbarui: 4 Januari 2018   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyelam saat berada di perairan Pulau Kambing (foto: Nirwan)

Kemarin, Rabu, 3 Januari 2018, pukul 13.30 WITA, seorang wisatawan bernama Hugo (30) dilaporkan tewas dan ditemukan di sekitar Pulau Kambing, Bira, Sulawes Selatan. Pulau eksotis yang dikenal dikelilingi arus kuat. Beberapa tahun lalu, seorang turis Jepang juga dilaporkan raib di titik ini.

Hugo dilaporkan hilang sejak pukul 09.15 WITA di sekitar pulau saat dipandu oleh operator selam lokal. Mereka melakukan penyelaman di kedalaman 20 meter. Tiga orang rekannya termasuk pemandu diving terkena arus bawah yang sangat kuat yang mengakibatkan mereka terpisah. Demikian informasi yang disampaikan oleh instruktur selama B2 Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Sulawesi Selatan, Muhsin Situju.

Kabar ini menjadi pesan kuat bagi penikmat wisata kelautan atau wisata bahari untuk tetap berhati-hati ketika melakukan penyelaman. Pasalnya, hal yang sama, atau sekitar 13 hari sebelumnya, di selatan jauh Bira, tepatnya di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Barat, seorang turis Belgia juga ditemukan tewas setelah penyelaman (20/12).

Instruktur selam POSSI Sulawesi Selatan, Muhsin Situju yang dihubungi mengatakan bahwa perairan Pulau Kambing memang ekstrem dan membutuhkan kecakapan khusus untuk bisa menjajalnya.

"Saya punya pengalaman membawa wisatawan di Pulau Kambing dan sempat mengalami hal serupa. Ada penyelam yang terseret hingga ratusan meter. Untung kami punya dua perahu. Jadi perahu sudah siap di titik arah arus atau tujuan akhir kami kalau dibutuhkan mendadak," kata instruktur B2 POSSI Sulawesi Selatan.

"Saran saya, operator harus punya dua perahu. Satu di dermaga antar jemput, satu di titik penanda, biasanya dipasang pelampung "sosis". Sosis ini penting untuk mengantisipasi arus yang datang tiba-tiba dan menyeret penyelam," katanya.

Muhsin yang berpengalaman menyelam di hampir semua titik favorit selama Nusantara ini sejak tahun 1990 mengatakan bahwa penikmat wisata bahari terutama bawah air harus memahami karakter perairan di mana dia berwisata.

"Pulau-pulau seperti di sekitar Makassar (Spermonde) mungkin tak seekstrem di Pulau Selayar atau di antara Bira dan Selayar sebab merupakan pertemuan arus oleh sebab itu harus bisa mengukur diri. Saran saya kalau tidak punya sertifikat khusus jangan paksakan untuk menyelam dalam dan jauh apalagi kalau memang rawan," kata jebolan Ilmu dan Teknologi Kelautan Unhas angkatan 1988 ini.

"Ini ibarat sirkuit bagi pembalap, kita harus tahu sirkuit atau medan biar bisa meminimalkan risiko. Seperti kasus Simoncelli itu," imbuhnya.

Hal lain yang perlu dipahami juga adalah, saat terseret dan penyelam kelabakan biasanya lupa untuk melakukan decompression stop sebelum naik ke perahu karena terburu-burunya.

"Ini prosedur yang harus dilewati penyelam, jadi kalau terkena musibah, atau katakanlah terseret, prosedur itu harus tetap dilewati, jangan buru-buru naik ke perahu," sarannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline